Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hasrat Beda Ida Bagus Indra

29 Juli 2018   14:18 Diperbarui: 29 Juli 2018   15:33 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pameran Tunggal Ida Bagus Indra di Art Space Konsulat Polandia di Bali. Mencoba lebih membuka diri dengan seluruh seri karyanya.

Ida Bagus Indra (IBI) punya sejarah panjang dalam menujukkan dinamika perkembangan karyanya, selalu menarik untuk diikuti. Sesungguhnya IBI masih seperti yang dulu, ia tertarik pada sisi keindahan gerak penari dan  humanis kehidupan yang tak jauh dari dirinya. Bahkan dalam pameran tunggal yang bertajuk I am not weird, I am limited edition dengan jelas ia mengungkapkan seputar dirinya dengan istri, keluarga, benda-benda yang memberikan tanda kenangan, gerak penari dan erotis tipis yang ia sebut nude series.

IBI adalah seorang pengelana jiwa, bagaimana mengungkap apa yang dia perhatikan, dan rasakan merupakan jangkauannya terhadap pemahaman kehidupan. Ruang yang dihadapinya tidak hanya pada yang nampak namun juga pada yang tak nampak. dikupas dan ditunjukkan pada orang lain.

Pameran bertempat di Art Space Konsulat Polandia di Bali (Griya Drupadi), Jalan Drupadi III No.9 Renon Denpasar ini telah dibuka pada 18 Juli 2018 yang lalu. Sebanyak 187 karya yang dipamerkan memiliki kecenderungan sebagai presentasi dari seri-seri yang pernah ia kerjakan.

Pameran ini sangat menarik saya sebut juga sebagai pernyataan IBI, mengisyaratkan pencapaian dirinya pada sebuah fase perjalanan sekaligus fase perenungan. IBI terlihat berhasil mengatasi hasrat yang liar, bergerak cepat, bahkan mengepungnya menjadi semakin tenang.

Ida Bagus Indra (IBI), foto doc seniman/dokpri
Ida Bagus Indra (IBI), foto doc seniman/dokpri
Saya mengikuti IBI sejak tahun 2007 dan turut terlibat di beberapa art projectnya. IBI yang selama saya kenal menunjukkan passion yang meledak-ledak, seperti ruang kanvas harus ia selesaikan tanpa harus ada jeda. Ibarat kanvasnya adalah panggung, maka penari harus siap setiap saat untuk menari, berikut pula perjalanan dari pura-ke pura sebagai bagian pesan perjalanan spiritualitasnya.

 Pada seri karya Dancing saya melihat seri ini menujukkan kekuatan sekaligus identitas karya seorang IBI. Tanpa menghubungkan dengan kecenderungan menyalin realitas gerak penari menjadi ekspresif, disinilah ia menemukan dirinya yang turut pula menari-nari. Sedari mula yang saya tangkap adalah kecenderungannya menggarap esensi gerak tari bukan pada penggalian sosok wajah.

IBI sepertinya memang mengaburkan penggalian wajah dan unsur-unsur realis pendukungnya, dan ini sepertinya pula ia sadar karena justru akan menenggelamkan kekuatan gerakan tari.

Joged Dancer #2, 2018, 25 x 40 Cm, Acrylic on canvas/dokpri
Joged Dancer #2, 2018, 25 x 40 Cm, Acrylic on canvas/dokpri
Saya pun tidak heran dalam pameran kali ini muncul nude serie serta adegan nakal. Sebetulnya kalau diperhatikan sangat jenaka, karena IBI masih ingin menyodorkan sisi humor dalam menertawai dirinya sendiri maupun orang lain. Perbincangan tentang dagang kopi cantik, serta lenggak-lenggok perempuan yang menggoda sangat kental di awal-awal saya mengenalnya.

Lantas, apakah berarti karya-karya yang dipamerkan kali ini kehilangan makna ? Tampaknya tidak juga. Inilah yang saya sebut hasrat yang berbeda dari spirit pencapaian kreativitas seorang Gus Indra.

Saya sangat paham, tidaklah mudah mengelola gagasan yang tiba-tiba meloncat menjadi identitas baru, karena ini sangat riskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun