Hijau menemui hijau, letupan kuning merangkai biru menarik garis seperti tarian. Membias pada tatapan. Maka biru bagai penegas waktu, yang segera hilang dalam gerak ruang. Hijau berjalan mencari ruang-ruang membentuk gelap terang, dan semakin membawa pada pengelanaan, ia hadir seolah membebaskan ruang.
Dialog warna dan garis yang menyusun abstraksi sepintas menyengat pikiranku melihat karya serie “Tentang Alam”. Dominasi ragam warna dan garis bukan semata memecah ruang, namun hadir mencapai keseimbangan. Seperti lukisan abstrak Mangku yang lain, karyanya utuh tidak terkontaminasi oleh pesan maupun peran obyek lain, serta tidak juga simbol-simbol pemaknaan.
Made Mahendra Mangku (43) beruntung dilahirkan di Desa Sukawati, tumbuh dan besar di desa yang memiliki nuansa seni tradisi tinggi. Mangku seperti pemuda Bali lainnya yang tertarik pada dunia seni rupa, memilih melanjutkan belajar di Institut Seni Indonesia, Jogjakarta. Setelah menamatkan belajarnya, Mangku memilih kembali ke desan kelahirannya, mengabdi dan berkarya.
Mangku menimbang, ketika berbicara tentang alam untuk menjadikan karya ia harus berangkat melalui proses yang penuh perhitungan. Artinya, ia tidak serta merespon ruang alam yang ada, tapi mengikuti ruang alam yang ia temukan. Mangku juga tidak mengatakan bahwa ia menemukan sebuah misteri tentang alam, karena ia tidak pada posisi menerjemahkannya.
Saya mengkorek-korek kembali karya-karya abstrak Mangku yang lainnya sebagai pembanding. Saya tanyakan kembali apakah ekspresi alam itu bukan berbicara tentang alam juga ?. Mangku dengan tegas mengatakan ekpresi alam itu melihat, merasakan dan menghayati tentang alam, saya kerjakan dan selanjutnya karya-karya ini lahir, ujarnya.
Ibarat memasuki ruangan yang gelap, Mangku sudah menyiapkan pelita untuk mencari jalan, ia susuri jalan susah sampai lempang, dan pada akhirnya berhasil menembus kegelapan. Setiap perjalanan kreatifnya ia rekam dan maknai, didefinisikan menjadi petunjuk bahwa ia mengetahui dengan sadar dan benar sampai pada tujuannya.
Mangku dengan lukisan abstaknya kebanyakan memang mempermainkan bidang, Ia menguasai benar teknik-teknik sebagai senjata untuk menaklukkannya. Bidang akan dibagi , dirobah, bahkan ditimpa kembali oleh material cat dan bahan penunjang lainnya. Ia seperti menari-nari dengan gususan warna dalam membangun kesan imajinatif yang kaya.
Unsur-unsur yang dipergunakan oleh mangku adalah universal, ia tidak mau meletakkan element Bali sebagai penegas estetika karyanya. Mangku sangat sadar bahwa unsur estetika Bali telah mempengaruhinya sejak kecil sampai sekarang. Bukan menganggap itu tidak penting, namun ia tidak ingin terjebak dalam ruang kebebasannya. “Karya yang saya sampaikan akan lebih cair bila tidak dibebani oleh unsur-unsur yang melekat tentang background saya sebagai orang Bali”, ujarnya. Disini saya melihat Mangku sangat piawai mengelola pengaruh kehidupan pribadi, lingkungan, budaya dan spiritualnya dengan tidak berperan mendominasi dalam penciptaan karyanya.