Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Pagi Sungai Rhain bersama Made Wianta

12 September 2016   22:20 Diperbarui: 17 Desember 2021   10:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Mittele Bruecke, Basel (photo doc. penulis)

 

Rhain adalah sebuah sungai besar yang bermula dari sumber-sumber di pegunungan Alphen Austria. Pada alirannya yang membentang melewati Swiss, Jerman dan bermuara di Rotterdam Belanda, memberikan saksi penting bagi peradaban kebudayaan air di Eropa. Rhain adalah nadi yang mencukupi kehidupan di daerah aliran sungainya.

Rhain adalah jalur penting transportasi dan perdagangan, kapal-kapal pengangkut barang mulai batubara, mobil, kayu dan beragam kebutuhan pokok, mengalir mengikuti atau melawan arus.  Dan Rhain juga jalur pariwisata yang memanjakan para turis untuk menikmati kota-kota yang di laluinya, sampai makan malam yang indah di atas kapal.

Sepanjang tepian Rhain di Basel, Swiss tidak jauh dari tempat saya tinggal, ragam arsitektur memberikan gambaran betapa pentingnya sungai ini dalam peradaban hunian,  serta membagi wilayah kota yang masing-masing memiliki ritme dan karakter berbeda.

Salah satu jembatan penghubung kedua wilayah bagian kota di Basel adalah Mittele Bruecke. Di dekat jembatan ini, tepatnya di bawahnya setiap hari saya menyempatkan diri melihat kondisi air dan suasana yang ada. Buku catatan dan kamera SLR yang batrainya saya  isi di malam harinya,  selalu menjadi teman setia. Ini adalah riset pesanan Made Wianta, ketika kunjungan  ke Swiss tahun  2001-2010. Wianta memesan foto-foto aliran air, kondisi air di Sungai Rhain Basel. Saya kurang paham benar maksud Wianta waktu itu, namun karena saya memiliki waktu serta kesempatan, maka saya setujui untuk membantunya melakukan risetnya.

Jembatan Mittele Bruecke, Basel (photo doc. penulis)
Jembatan Mittele Bruecke, Basel (photo doc. penulis)
Selama hampir enam minggu (Mei-Juni) 2001, setiap hari saya kunjungi tempat yang sama, melihat suasana dan memotret aliran air, serta mencatatnya. Keadaan air  Sungai Rhain bagi Wianta memang memberikan stimulasi kerja kreatifnya, dimana ia juga memiliki pengalaman pernah menyinggahi Basel. Memori yang melekat kuat dengan semangat berkarya menempatkan Rhain bagian periode penting dalam karyanya.

Tiga kemudian baru saya menyadari, Wianta yang telah memulai dengan drawing-drawing menyerupai aliran air dan gelombang, ia kembangkan ke dalam karya-karya besar di atas kanvas. Ketika saya memberikan hasil risetnya, ia seolah tidak menemukan kejutan yang berarti, namun ia seperti mereka ulang dari karya yang selama ini telah ia kerjakan.

Made Wianta, (photo doc. seniman)
Made Wianta, (photo doc. seniman)
Memang jauh sebelum ia mengutus saya mengamati sungai Rhain, Wianta telah menunjukkan drawing-drawingnya yang ada kaitannya dengan aliran Sungai Rhain. Ketika ia melihat kembali hasil foto-foto dan catatan saya seolah menjadi jalan untuk merenungkan gagasan personalnya ketika bersentuhan dengan Sungai Rhain.

Namun apakah sebenarnya yang menjadi bagian penting Wianta memahami dan mengerjakan kerja kreatifnya sebagai perupa dalam melihat peradaban air di negera yang jauh dari tempat yang selama ini menjadi acuan hidupnya untuk mengenal sungai?. Rasanya ada sesuatu yang bisa dihubungkan dalam meratapi dan melihat kembali keberadaan sungai-sungai yang dulunya merupakan alur hulu hilir tempat suci para pertapa sakti melakukan laku tapa semadi. Tergambar jelas akhirnya bagaimana Wianta melanjutkan laku berkeseniannya dalam meletakkan pengamatannya terhadap salah satu sungai penting di Kota Denpasar yaitu Tukad Badung.

Lima tahun kemudian, lahirlah karya video art documenter yang berjudul “BH terapung di sepanjang Tukad Badung”. Ada benang merah yang tersamar, apakah ini salah satu point penting ia menyuruh saya ke Basel, dan kemudian mengajak saya kembali membuat video art documenter.  Aliran dan karakter air sungai Rhain di Basel seolah menegaskan kedekatan yang tak teralakkan, antara jarak dan peristiwa.

Saya mulai membaca, ketika banyak orang membawa keluhuran budaya tentang peradaban sungai, terbuai dengan kehebatannya, namun tersirep oleh perubahan yang terjadi. Sampah plastik, pencemaran air, sungai yang tak sedap, tepian yang hancur dari vegetasi ekosistem yang menjaga menjadi bangunan-bangunan massive dalam memenuhi kebutuhan pariwisata.

Di salah satu karya Wianta yang berhubungan dengan Sungai Rhain, menurut saya  adalah adegan penting dalam melihat kembali keberadaan sungai-sungai yang ada di negeri ini. Kita ditunjukkan betapa penting peradaban sungai dalam membangun dan menguatkan budaya. Wianta selanjutnya menarik rasa rindu untuk kembali kepada peristiwa sungai di Pulau yang ia diami.

Melalui pengungkapan sungai yang harus ditarik dari tempat nun jauh, Wianta sejatinya telah mengetengahkan makna sungai dalam dimensi seni rupa. Bahwa sungai itu adalah indikator bagi keindahan dan kedamaian. Pada Sungai Rhain, Wianta secara tidak langsung mengajari saya seperti memahami bunyi gambelan yang memiliki esensi keindahan bunyi, tentu bila saya paham batas-batasnya. (Yudha Bantono, Project Sungai Rhain  Bersama Maestro Made Wianta #1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun