Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ramayana di Atas Lontar Ida Bagus Oka

13 Juli 2016   19:54 Diperbarui: 14 Juli 2016   15:24 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Prasi seri Ramayana Ida Bagus Oka

RAMAYANA adalah adalah sebuah wiracarita dari India yang digubah oleh Empu Walmiki atau Balmiki. Kisah cerita epos ini memiliki alur yang sangat sederhana. Seorang putera mahkota Kerajaan Kosala bernama Rama yang merupakan titisan atau awatara bhatara Wisnu di dunia. terusir dari kerajaannya sendiri. Sebenarnya ia berhak untuk menjadi raja, menggantikan ayahnya Prabu Dasarata, tetapi ayahnya sudah menjanjikan kepada istrinya yang lain untuk mewariskan tahta mahkota kepada putera keduanya yaitu Bharata. Di kemudian hari, Rama yang menikah dengan Sita diusir dari kerajaan atas keinginan ibu tirinya. Ia kemudian mengembara bersama istri dan Laksamana, adiknya. Kisahpun berlanjut dengan perjalanan cerita yang kemudian terbagi dalam tujuh kitab atau kanda.

Kisah terbujuknya hati Sinta karena kijang kencana oleh tipuan Rahwana, menjadikan kisah romantisme, amarah, serta ujian kehidupan. Sebuah duka  kehidupan dari api cinta tersebut tergambar dalam bentuk lukisan prasi diatas daun lontar, tersimpan sebagian di Desa Sidemen, Karangasem, Bali.

****

Ida Bagus Oka (67) seniman lukis prasi dari Griya Carik Sidemen, Karangasem adalah seniman otodidak. Ayahnya, Ida Peranda Gede Pinatih, juga seorang seniman seni lukis prasi. Namun Ida Bagus Oka tidak sempat mendapat didikan dari ayahnya, karena sang ayah meninggal ketika ia masih berumur enam tahun. Di usia belia layaknya anak-anak Bali ia belum mengenal tentang seni lukis. Baru ketika berumur Sembilan belas tahun ia harus menentukan pilihan hidup untuk bekerja. Hidup susah pasca meletusnya Gunung Agung 1963 membuat dirinya dan keluarga harus terus mampu menjalani susahnya kehidupan.

Ida Bagus Oka sangat sadar ada sebuah peluang yang bisa ia raih dari dunia pariwisata yang mulai masuk ke desanya. Awal tahun 70 an Sidemen sudah mulai ramai dikunjungi wisatawan. Ia mulai mencoba melihat kembali karya-karya ayahnya, mulanya ia mencontoh dan akhirnya piawai melukis dengan gayanya sendiri. Dari karya-karya yang dihasilkan, ia sudah mulai bisa menjual dan menghasilkan uang. Disinilah letak semangatnya tumbuh bahwa berkarya dapat merubah nasip dan akhirnya seniman lukis daun lontar adalah karir pilihan hidupnya.

Lukisan Prasi seri Ramayana Ida Bagus Oka
Lukisan Prasi seri Ramayana Ida Bagus Oka
Ramayana nerupakan tema yang selalu muncul dalam karya-karyanya dan boleh dikatakan menjadi tema favorit disamping tema-tema lain. Ida Bagus Oka memakai kerangka cerita Ramayana yang ia penggal dari setiap episodenya, dari situ judul-judul mulai mengalir sebagai bagian narasi  yang ingin ia ungkapkan. Ia sangat menghargai keagungan dari cerita Ramayana, ada banyak kisah yang dapat ia ungkapkan dari setiap peristiwa dengan tokoh-tokoh dan pendukungnya.

“Cerita Ramayana bukan hanya romantisme Rama dan Sinta yang berujung prahara dengan mempertanyakan kesucian Sinta selama di pengasingan karena diculik Rahmana “, kata Ida Bagus Oka. Karyanya juga bukan cuma sebatas tumpukan lembaran daun lontar yang bernilai seni belaka, namun ada pesan-pesan moril yang hendak disampaikan olehnya yaitu melalui karyanya dirinya turut menjaga warisan budaya leluhurnya. Seni lukis prasi yang berbahan dasar dari daun lontar dengan gambar wayang di dalamnya masih hidup hingga kini, kisah-kisah di dalamnya merupakan transformasi dari naskah atau kitab sastra, kakawin, kidung dan sebagainya.

****

Lukisan di atas daun lontar dapat dipahami sebagai karya seni yang masih menjaga tradisi di tengah perkembangan seni rupa yang mengungkapkan visualisasi karya di atas beragam media. Kondisi memang amat berbeda lukisan-lukisan tradisi di atas kanvas telah memenuhi galeri maupun artshop. Pasar seolah tahu untuk kepentingan tertentu para kolektor atau pecinta seni akan mengkoleksi lukisan lontar.

Ida Bagus Oka, satu dari sekian pelukis di atas daun lontar yang kini berjuang ditengah maraknya pasar seni rupa Bali. Ia tidak pernah menjual karyanya kepada gallery, ia menjual karyanya di studio yang menjadi tempat tinggalnya. Sebuah pertanyaan kenapa ia tidak menjual karyanya di galeri atau artshop yang ada di tempat-tempat pariwisata ?. Menurutnya ia hanya ingin karyanya tidak dijiplak oleh seniman lain. Karya yang ia ciptakan adalah murni dari imajinasinya. Cerita Ramayana yang ia dapat dari berbagai sumber ia terjemahkan dan gubah kembali secara visual di atas torehan daun lontar. Disinilah kekuatan estetika setiap narasi dari penggalan kisah Ramayana ia sampaikan menurut versinya.

Lukisan daun lontar Ida Bagus Oka bisa dikatakan sebagai karya yang genuine, karyanya terlahir dari pergulatan yang seakan mengalir terus. Elemen-elemen yang mendukung narasi karyanya ia kembangkan atas ruang imajinasi yang terinspirasi tidak jauh dari alam sekitarnya. Ia sangat bersyukur tumbuh dan besar dari desa yang memiliki kekuatan tradisi budaya dan alam yang sangat indah. Maka wajar ketika harus menggambarkan hutan Dandaka dengan mudah yaitu dengan jalan memindahkan visual pohon-pohon besar di bukit-bukit yang mengapit desanya.

****

Dalam berproses dan berkarya menurut Ida Bagus Oka foukus utamanya adalah memahami isi cerita dengan perasaan yang dalam. Perasaan itu seolah-olah dirinya hadir melihat kisah yang terjadi. Tokoh-tokoh dalam kisah Ramayana telah ia hafalkan dengan baik, seperti figur maupun karakternya. Selanjutnya dengan memahami isi, ia tempatkan pada bidang yang menjadi ruang untuk menarasikan secara visual.

Lukisan Ida Bagus Oka selalu mengalami perubahan, Ia menciptakan pengembangan visualisasi dari setiap narasi, ia gubah tanpa mengurangi esensi cerita. Kadang gubahan itu berupa penyederhanaan atau bahkan sebaliknya, tetapi pada dasarnya semua lukisannya mempunyai ciri khas yaitu untuk mempertajam bahasa visual dari cerita yang ingin ia sampaikan.

Ramayana telah menjadi bagian inspirasi dari awal ia melukis di atas lontar, suatu proses yang cukup panjang telah mengeksplorasi potensi artistik dirinya menemukan dan menyajikan kisah Ramayana dalam versinya. Dari tangan Ida Bagus Oka terlihat energy kreatif tiada habisnya. Sorot matanya yang sangat awas ketika menorehkan pangrupak (pisau untuk melukis) di atas lontar, menunjukkan bagaimana kemampuannya mengelola garis-garis kecil dan halus dengan ukuran seperempat rambut hadir menghiasi lembaran lontar-lontar karyanya. Ida Bagus Oka seakan menjadi cerminan dari sebuah perjalanan waktu dan pengalaman, bahwa jam terbang patut menjadi penghormatan melihat karyanya.

****

Sejak berumur Sembilan belas tahun sampai usianya yang kini enam puluh tujuh tahun, Ida Bagus Oka tiada pernah mengeluh tentang pasar dari karyanya. Ia mengatakan bahwa di usia muda yang sangat produktif sempat pernah ia kewalahan menerima pesanan dari tamu-tamu asing dari belahan dunia. Mereka datang ke studionya untuk membeli semua karya-karya yang masih ia miliki.

Kini Ida Bagus Oka terus berkarya dengan tetap menjaga kualitas karyanya. Dalam sebulan ia hanya menghasilkan satu karya yang berisi sepuluh lembar lontar dengan ukuran 5 x 40 cm, artinya setiap lembar lontar ia harus kerjakan selama tiga hari. Ia tetap mengangkat cerita Ramayana, dengan sepenuh cinta pada setiap ceritanya.

Apa yang bisa dibanggakan di hari tua dengan karyanya ?, Ida Bagus Oka hanya ingin memamerkan karyanya dalam sebuah kesempatan agar bisa diapresiasi publik luas. Ia sadar karya-karyanya telah menyebar ke berbagai negara yang artinya tidak banyak ditunjukkan atau dikoleksi publik seni rupa bangsanya sendiri.

Apakah banyak penerus sepertinya yang menekuni seni lukis prasi di desanya ?, menurut Ida Bagus Oka sampai hari ini baru empat anak muda yang datang dan menimba ilmu padanya. Ia sangat prihatin bahwa banyak kalangan anak muda di desanya yang tidak tertarik belajar seni lukis prasi, padahal ini potensi besar baik dalam segi ekonomi maupun mempertahankan seni lukis tradisi yang menjadi warisan budaya luhur Bali. Ia selalu mengingatkan kepada murid-muridnya tidak ada yang perlu ditakuti untuk menekenuni seni lukis prasi. Ia kini terus mendidik muridnya agar kelak terus bergulir regenerasi di kemudian hari.

****

Detil garis-garis yang dihasilkan dari torehan tajamnya mata pisau yang diwarnai oleh hitamnya sangrai kemiri, menunjukkan adanya kedalaman maupun kekuatan dari sebuah karya. Garis-garis kuat membentuk figur wayang-wayang dan pemandangan alam dengan seisinya telah membawa visualisasi siapapun untuk dapat merasakan halusnya pori-pori daun lontar yang banyak memberikan mutiara  pelajaran sebuah kehidupan. Dari kisah sastra jendra, cupu manik astagina merangkai kehidupan perjalanan duka dunia. Sangat menakjubkan dan Indah di tangan Ida Bagus Oka.

Yudha Bantono, Art Writer, tinggal di Denpasar Bali

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun