****
Dalam berproses dan berkarya menurut Ida Bagus Oka foukus utamanya adalah memahami isi cerita dengan perasaan yang dalam. Perasaan itu seolah-olah dirinya hadir melihat kisah yang terjadi. Tokoh-tokoh dalam kisah Ramayana telah ia hafalkan dengan baik, seperti figur maupun karakternya. Selanjutnya dengan memahami isi, ia tempatkan pada bidang yang menjadi ruang untuk menarasikan secara visual.
Lukisan Ida Bagus Oka selalu mengalami perubahan, Ia menciptakan pengembangan visualisasi dari setiap narasi, ia gubah tanpa mengurangi esensi cerita. Kadang gubahan itu berupa penyederhanaan atau bahkan sebaliknya, tetapi pada dasarnya semua lukisannya mempunyai ciri khas yaitu untuk mempertajam bahasa visual dari cerita yang ingin ia sampaikan.
Ramayana telah menjadi bagian inspirasi dari awal ia melukis di atas lontar, suatu proses yang cukup panjang telah mengeksplorasi potensi artistik dirinya menemukan dan menyajikan kisah Ramayana dalam versinya. Dari tangan Ida Bagus Oka terlihat energy kreatif tiada habisnya. Sorot matanya yang sangat awas ketika menorehkan pangrupak (pisau untuk melukis) di atas lontar, menunjukkan bagaimana kemampuannya mengelola garis-garis kecil dan halus dengan ukuran seperempat rambut hadir menghiasi lembaran lontar-lontar karyanya. Ida Bagus Oka seakan menjadi cerminan dari sebuah perjalanan waktu dan pengalaman, bahwa jam terbang patut menjadi penghormatan melihat karyanya.
****
Sejak berumur Sembilan belas tahun sampai usianya yang kini enam puluh tujuh tahun, Ida Bagus Oka tiada pernah mengeluh tentang pasar dari karyanya. Ia mengatakan bahwa di usia muda yang sangat produktif sempat pernah ia kewalahan menerima pesanan dari tamu-tamu asing dari belahan dunia. Mereka datang ke studionya untuk membeli semua karya-karya yang masih ia miliki.
Kini Ida Bagus Oka terus berkarya dengan tetap menjaga kualitas karyanya. Dalam sebulan ia hanya menghasilkan satu karya yang berisi sepuluh lembar lontar dengan ukuran 5 x 40 cm, artinya setiap lembar lontar ia harus kerjakan selama tiga hari. Ia tetap mengangkat cerita Ramayana, dengan sepenuh cinta pada setiap ceritanya.
Apa yang bisa dibanggakan di hari tua dengan karyanya ?, Ida Bagus Oka hanya ingin memamerkan karyanya dalam sebuah kesempatan agar bisa diapresiasi publik luas. Ia sadar karya-karyanya telah menyebar ke berbagai negara yang artinya tidak banyak ditunjukkan atau dikoleksi publik seni rupa bangsanya sendiri.
Apakah banyak penerus sepertinya yang menekuni seni lukis prasi di desanya ?, menurut Ida Bagus Oka sampai hari ini baru empat anak muda yang datang dan menimba ilmu padanya. Ia sangat prihatin bahwa banyak kalangan anak muda di desanya yang tidak tertarik belajar seni lukis prasi, padahal ini potensi besar baik dalam segi ekonomi maupun mempertahankan seni lukis tradisi yang menjadi warisan budaya luhur Bali. Ia selalu mengingatkan kepada murid-muridnya tidak ada yang perlu ditakuti untuk menekenuni seni lukis prasi. Ia kini terus mendidik muridnya agar kelak terus bergulir regenerasi di kemudian hari.
****
Detil garis-garis yang dihasilkan dari torehan tajamnya mata pisau yang diwarnai oleh hitamnya sangrai kemiri, menunjukkan adanya kedalaman maupun kekuatan dari sebuah karya. Garis-garis kuat membentuk figur wayang-wayang dan pemandangan alam dengan seisinya telah membawa visualisasi siapapun untuk dapat merasakan halusnya pori-pori daun lontar yang banyak memberikan mutiara  pelajaran sebuah kehidupan. Dari kisah sastra jendra, cupu manik astagina merangkai kehidupan perjalanan duka dunia. Sangat menakjubkan dan Indah di tangan Ida Bagus Oka.