Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uuk Paramahita dan Seni Rupa Kontemplasi

31 Mei 2016   14:46 Diperbarui: 31 Mei 2016   14:48 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UUK PARAMAHITA, Kontemplasi, 2010, 140 x 140 cm, mixed media on canvas

Langsung saya alihkan kembali pembicaraan ke karya Kontemplasi, dan ternyata Uuk memang mengkritisi sosialita dimana saja. Maka pahamlah sekarang bahwa Uuk membawa karya Kontemplasi ke Beijing Bienalle 2012 mewakili pembicaraan dunia gobal sesuai dengan tema yang diusung Bienalle itu yaitu Future and Reality.

Karya Uuk memang rata-rata sarat dengan kritik sosial, baik pada keadaan di sekitarnya, negaranya sampai dunia. Maka sangatlah tepat bila karya Kontemplasi ini dipresentasikan oleh Uuk mewakili kecemasan sosial dunia. Karya kontemplasi ini sebetulnya telah lahir dua tahun sebelumnya, artinya Uuk bukan mempersiapkan tematik untuk Beijing Biennale. Karya ini ada sebelum tema event ini ditawarkan pada peserta.

Memang Uuk selama ini larut menggarap karyanya berdasarkan periode, ada narasi dari karya-karya yang ia selesaikan kesemuanya mewakili setiap periode. Memang terlihat jelas, bahwa kesemua karya yang dihasilkan adalah buah dari mengalirnya gagasan dan ditekuni dengan rasa dan dikembalikan pada rasa lagi. Bila diibaratkan dengan bagian yoga maka ini bagian dari pranayama, mengolah dan menguasai nafas. Kembali pada nafas dan nafas.

Karya Kontemplasi bagi saya adalah perluasan subyek sosial, artinya subyek atau pelaku dalam peristiwa yang mempengaruhi karya kontemplasi ini bisa diterima oleh siapa saja, dan dibelahan mana saja. Walaupun demikian kiranya susah dilepaskan dari cara pandang sang perupa dari pemaknaan yang berbeda. Ada kompromi yang bisa diletakkan untuk memahami karya kontemplasi yaitu perenungan dan kembali pada jati diri.

Uuk berpendapat bahwa keberaniannya membawa karya kontemplasi pada Beijing Bienale 2012 karena ia melihat tentang masa depan yang tidak boleh larut pada hal-hal yang serba canggih atau hi-tech. Untuk itu diperlukan sebuah upaya damai, ia membawa pesan damai yang sekiranya bisa universal.

PRESENTASI DALAM PRAKTEK SENI RUPA SOSIAL

Persoalan presentasi yang menyangkut praktik seni rupa terhadap sosialita bisa pula merujuk pada penggugatan. Karya Uuk saya rasa tidak masuk pada wilayah menggugat tapi lebih kearah berdamai dengan keadaan. Menurut Uuk ia akan amat terganggu oleh teori-teori yang memaksa dan membelenggu untuk setuju pada keadaan yang salah menurutnya. Citra karya yang dihasilkan nanti tidak akan murni, untuk itu menurutnya semua dikembalikan pada cita rasa diri. Disini ia juga tidak ingin memaksakan kehendak, tapi sebuah persuasi kesadaran sedang ia tawarkan.

Uuk hanya mengalir mengikuti kemauan hatinya, merasakan getaran maupun gesekan sosial dari apa yang dilihat. Hal kecil dari banjar sampai dunia ia pekai dengan caranya sendiri, cara berkeseniannya bukan hanya merespon tapi masuk ke dalam, menelusuri lorong-lorong yang menyentuh jiwanya.

Dari karya Kontemplasi , saya melihat Uuk telah lama membawa perspektif yang unik untuk membahas bagaimana pentingnya isu-isu sosial dunia. Uuk memperdebatkan sendiri peran dirinya sebagai seniman dalam ruang pribadi melihat realita yang ada di sekelilingnya, bahkan jauh dalam ukuran tempat dan waktu. Karya Kontemplasi adalah kritik sosial yang dibahasakan dengan cara artistik, dihasilkan dengan melihat, mengamati, menganilisis melalui imaji dari pengalaman multi maupun interdisiplinernya. Maka tak heran bila ia tidak membicarakan sebuah keliaran dari perang-perang yang terjadi. Ia menarik symbol maupun tanda-tanda bergulat dengan problematika, mengalir dalam ruang sunyi, berdamai dengan diri.

Uuk dalam berproses mengolah media karya terlihat sangat terencana. Karyanya bukan ekspresif, dan warna-warna yang ia gunakanpun seperti bersepakat di setiap levelnya. Saya merasakan Uuk telah berhasil menghubungkan imajinasi, kreatif, perspektif, eksperimentasi, maupun pengalamnnya untuk menjadikan ciri khas dari karyanya. Sejak dulu ia memang sangat konsisten, dari periode mahasiswa hingga ia menamatkan studinya dari Institut Seni Indonesia Denpasar, bahkan sampai sekarang. Sebuah keberhasilan yang saya kira akhirnya menjadi periodesasi dan ciri khas dari karyanya.

Bagi saya, melalui karya Uuk memperlihatkan betapa penting peran seniman sebagai individu melalui “mata artistik” nya terlibat dalam penyelidikan sosial yang berguna bagi kehidupan masyarakat. Uuk tidak mengambil jalur provokasi membahasakan karyanya, namun perenungan ke dalam jauh lebih penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun