Muhammadiyah adalah salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar yang ada di Indonesia. Lahirnya Muhammadiyah di Indonesia sudah melalui proses yang panjang dan penuh dengan perjuangan. Organisasi yang mempunyai basis massa yang sangat besar ini tidak akan pernah bisa dilepaskan dari perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah.
Muhammadiyah berperan besar dalam membentuk jiwa nasionalis dari masyarakat Indonesia kala itu. Tidak hanya nasionalisme yang didasarkan pada satu bangsa yang dijajah oleh negara asing, Muhammadiyah memberikan alternatif lain yaitu nasionalisme yang berdasar pada agama Islam. Islam yang sudah mengakar kuat pada masyarakat Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta membuat ideologi baru ini mudah sekali menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu bentuk kesolidan antar-anggota yang sangat besar dan tersebar di berbagai daerah, Muhammadiyah memiliki forum besar yang diadakan lima tahun sekali. forum permusyawaratan tertinggi yang diberi nama Muktamar itu bisa digunakan sebagai momen untuk regenerasi, silaturahmi, dan kolaborasi warga persyarikatan Muhammadiyah.
Muktamar terakhir yang baru saja diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah pada tahun ini terjadi pada tanggal 18 November 2022 di Surakarta. Pada muktamar itu, Muhammadiyah mengangkat berbagai macam isu yang sangat urgen untuk dibahas dan dicarikan solusinya.
Isu-isu yang diangkat oleh Muhammadiyah meliputi tiga gambaran besar yang sangat penting. Yaitu keumatan, isu kebangsaan, dan isu kemanusiaan universal. Isu keumatan memuat fenomena rezimentasi paham agama membangun kesalehan digital, memperkuat persatuan umat, reformasi tata kelola filantropi Islam, beragama yang mencerahkan, autentisitas wasathiyyah islam, spiritualitas generasi milenial, dan ekonomi berkeadilan sosial.
Isu kebangsaan memuat tentang misi untuk memperkuat ketahanan keluarga, reformasi sistem pemilu, suksesi kepemimpinan 2024, evaluasi deradikalisasi, memperkuat keadilan hukum, penataan ruang publik yang inklusif dan adil, memperkuat regulasi sistem resiliensi bencana, antisipasi ageing population, memperkuat integritas nasional, dan ekonomi yang berkeadilan.
Adapun isu kemanusiaan universal memuat tentang membangun tata dunia yang damai dan berkeadilan, regulasi dampak perubahan iklim, mengatasi kesenjangan antar negara, dan menguatkan sikap dalam mencegah xenophobia. Isu-isu kemanusiaan itu sangat urgen dan membutuhkan sesegera mungkin untuk dicari solusinya.
Dalam konteks Muktamar Muhammadiyah dan pengangkatan isu-isu kemanusiaan, dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, keempat isu kemanusiaan itu secara lebih jelas dijabarkan dengan penjabaran yang sangat detail sebagai berikut:
Pertama; membangun tata dunia yang damai berkeadilan. Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam harus terlibat dalam pembangunan dunia yang damai dan adil. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, Muhammadiyah memiliki sumber daya yang cukup dan jaringan internasional yang luas untuk ikut serta dalam membangun tata kelola dunia yang damai dan adil.
Urgensi Muhammadiyah untuk turut serta mengangkat isu perdamaian dan keadilan di dunia yaitu mengaca pada peperangan-peperangan yang terjadi saat ini di belahan dunia lain. Masih banyak negara yang belum menemukan perdamaian dan keadilan seperti Syiria, Yaman, Myanmar, dan Ukraina. Konflik-konflik tersebut tentu harus diselesaikan karena kalau tidak akan berdampak pada masalah-masalah yang lebih kompleks yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan agama.
Kedua; regulasi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim adalah isu yang tidak bisa dianggap remeh. Iklim dunia sekarang sudah mulai mengkhawatirkan. Berbagai ancaman pun datang sebagai dampak dari kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia. Perusakan alam ini akan menyebabkan berbagai macam kasus penyebaran penyakit zoonosis yang terjadi karena rusaknya habitat asli di mana virus itu bersarang.
Ketiga; mengatasi kesenjangan antar-negara. Tidak bisa dipungkiri bahwa negara sekarang sedang berlomba-lomba untuk memajukan berbagai sektor seperti ekonomi, militer, politik, dan teknologi. Hal itu dinilai Muhammadiyah bakal mengorbankan idealisasi tata dunia yang berkeadilan. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari antar negara untuk mewujudkan kerja sama untuk menyelamatkan penduduk di negara-negara yang masih terkurung dalam bayang-bayang kemiskinan.
Keempat: menguatnya xenofobia. Xenofobia adalah sebuah sikap atau perilaku yang anti terhadap asing atau sesuatu yang berhubungan dengan asing. Mulai dari keyakinan asing, budaya, identitas, tradisi, dan lain sebagainya. Sikap ini tentu bukanlah sikap yang ideal bagi bangsa yang menginginkan adanya kemajuan.Â
Oleh karena itu, Muhammadiyah ikut terlibat dalam upaya menanggulangi dampak dari sikap xenofobia. Xenofobia bisa menyebabkan adanya diskriminasi terhadap orang asing. Lebih parahnya bisa menyebabkan lahir sifat antipati terhadap kelompok dan identitas yang dianggap berbeda dan asing.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang memiliki basis massa yang sangat besar memiliki kekuatan dari segala lini untuk ikut serta dalam pembangunan negara dan dunia dari berbagai sektor. Salah satu sektor yang paling penting dan membutuhkan peran Muhammadiyah secara langsung adalah sektor kemanusiaan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Pungkasnya, isu kemanusiaan adalah isu global yang perlu untuk segera dicari jalan keluarnya.. Terutama dengan menjamurnya masalah konflik dan ketegangan antar bangsa dan negara sekarang ini. Muhammadiyah hadir melalui Muktamar Muhammadiyah di Surakarta untuk membuktikan bahwa organisasi Islam terbesar ini sangat fokus dan peduli masalah-masalah global yang melanda segala penjuru dunia dewasa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H