PUTIK ILALANG SUNYI
senyumnya pernah tersemai
merayu angin sabana
mengecup dada laut yang berselendang gelombang
sesekali aroma tubuhnya singgah,
pada bibir pantai,
menyusup pada celah-celah karang
meniup laju sampan
tempat matahari berkaca pada punggung legam nelayan
kini sebatas gigil
nyilunya hati
membekam sunyi
meramu luka ketika ia harus menatap dunia
seuntai nama sebatas kenang
menurut kekata, yang kini jatuh pada tubir atas nama pengakuan
sebatas rindu yang mengarca,
menjadi gumpalan salju,
melapisi dinding hati
memeluk kelopak edelwais yang tak lagi bernyawa
ia berjalan, menyisir bantaran sungai yara
dan masih berharap
musim luruh akan hadir tahun ini
di kotanya
JB; 1 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H