Mohon tunggu...
Yulianus Suhartono
Yulianus Suhartono Mohon Tunggu... Lainnya - Y. Suhartono

Di sinilah saat ada waktu luang, kita sebentar mampir mengunjungi indahnya aneka peristiwa hidup. Duduk di teras ditemani secangkir kopi, duduk santai barang 20 sampai 30 menit, melepas lelah guna merajut ide-ide baru sebagai bekal menata hidup semakin baik di bandingkan hari kemarin. Jangan bosen singgah setiap hari di sini. Terima kasih ( Y. Suhartono, penunggu rumah ).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Bagai dalam Sangkar, Bahagia atau Menderita?

27 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 29 Oktober 2021   08:43 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prihatin, bukan satu atau dua melainkan begitu banyak orang yang berbuat demikian. 

Berdasarkan servey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahunnya di dunia ada lebih 800.000 (delapan ratus ribu) orang meninggal, bunuh diri. Ini berarti setiap 40 detik ada orang putus asa lalu bunuh diri. Jumlah ini melebihi jumlah korban perang atau bencana alam.

Tragedi ini mengingatkan kita akan mitologi Yunani Kuno, Sisifus. Dikisahkan, karena alasan yang tidak jelas ada dewa menjatuhkan hukuman kepada Sisifus. Ia diperintah mendorong sebongkah batu ke puncak bukit. 

Demi ketaatannya, tugas itu dilaksanakan. Sebongkah batu dengan kekuatan yang ada didorong ke atas bukit. Begitu hampir sampai di puncak, batu itu jatuh menggelincir ke bawah. 

Kembali tanpa putus asa didorongnya batu itu, dan setiap kali hampir sampai di puncak, tergelincirlah lagi ke bawah. Walau demikian, Sisifus terus melakukan perintah dewa hingga ajal menjemput.

Albert Camus, filsuf Eksistensialis, mengkritisi. Ia beri acungan jempo bagi Sisifus. Alasannya, ia mampu menemukan ‘bahagia’ saat menjalankan perintah, walau perintah itu terasa ‘absurd’, mustahil (* ). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun