Mohon tunggu...
Yeni Sahnaz
Yeni Sahnaz Mohon Tunggu... Penulis - Junior

Seorang lansia yang senang bertualang di belantara kata-kata dan tidak suka pakai kacamata kuda dalam menyelami makna kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sinestesia Kelainan Sensori yang Unik

18 Februari 2024   21:07 Diperbarui: 18 Februari 2024   21:19 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Putri saya, A menceritakan pengalamannya saat mengambil mata kuliah seni musik lintas jurusan. Sang dosen usai bermain piano bertanya kepadanya, " Warna apa yang melintas di benakmu saat mendengar lagu tadi?"

Meski A terkejut mendengar pertanyaan tersebut tapi ia berusaha menjawab sesuai dengan sensasi yang dirasakannya. Herannya menurut Amira, jawaban teman-temannya tidak ada yang sama. Masing-masing menjelaskan dengan persepsi warna berbeda.

" Aku yang cuma jadi pendengar saja merasakan emosi yang teraduk-aduk, terbayang bagaimana pergolakan batin sang komponis saat menggubah lagu tersebut. Pada awal lagu kurasakan kegundahan yang dahsyat...hari yang tadinya cerah lalu dihujani debu hitam menutup pandangan beralih kelabu...perlahan jadi cerah membiru... berubah oranye dan kemerahan yang disaput siluet hitam, kemudian menghitam legam."

Menurut saya, persepsi A dan teman-temannya lebih didasari oleh gambaran imajinasi yang dibayangkan masing-masing saat mendengar lagu tersebut. Saya menduga arah pertanyaan dosen seni musik tersebut mungkin didasari adanya fenomena sindrom Sinestesia berupa gangguan sensori yang dialami oleh 3% dari populasi.

Jika suatu hari ada seseorang berujar:

" Hmmm...aku mendengar lagu My Way warnanya biru laut!"

" Hmmm ...kue ini aromanya kotak-kotak..!"

" Aku bisa mendengar suara penyakit cacar..!"

" Aku melihat angka-angka, ada yang keras dan ada yang lembek!"

" Hai...aku bisa melihat warna hari..!"

Sebaiknya kita tidak berprasangka buruk lantas menuding orang tersebut halu, gangguan jiwa, diganggu mahluk halus dll. Fenomena Sinestesia banyak dialami oleh para seniman, pelukis, penulis dan musisi sehingga sensasi persepsi yang dirasakannya berpengaruh pada hasil kreativitasnya.

Menurut ahli neurosains, Sinestesia terjadi karena adanya gangguan pada fungsi syaraf di otak yang berkaitan dengan sensori dan persepsi. Kondisi tersebut disebabkan oleh kuatnya koneksi antar bagian otak sehingga disaat salah satu sensori bekerja, merangsang sensori lainnya bekerja dalam waktu bersamaan sehingga menimbulkan sensasi persepsi yang unik.

Adalah Francis Galton (1822--1911) sepupu Charles Darwin yg tertarik meneliti fenomena Sinestesia, namun sayang penelitiannya baru dilanjutkan pada akhir tahun 1970 oleh Richard Cytowic seorang pakar neurosains, lalu diikuti oleh para ahli lainnya di berbagai negara.

Fenomena Sinestesia juga menggugah didirikannya assosiasi di berbagai negara yang aktif melakukan sosialisasi melalui beragam kegiatan diantaranya seminar di kampus-kampus ternama.

Jika ingin mengetahui bagaimana keseharian seorang penyandang Sinestesia, bisa kita lihat pada salah satu tokoh dalam film Korea berjudul 'A Girl Who Sees Smells.'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun