" Mau kemana mbak?"
" Saya mau menggelandang Pak.."
Langkahku kembali berayun...masih 6.250 langkah lagi untuk mencapai tempat yang kutuju yakni Galeri Nasional, sebuah gedung megah berarsitektur kolonial yang tengah memamerkan lukisan para maestro dunia.
Sepanjang jalan hatiku berbicara dan menduga-duga, mungkinkah Bapak tadi seorang  penganut altruism yang cenderung terlempar dari cinta diri demi lebih mencintai orang lain tanpa pamrih?
Istilah altruism ini digagas oleh filsuf Perancis bernama Auguste Comte, merujuk pada individu yang memiliki kepedulian tinggi terhadap orang lain tanpa mementingkan dirinya sendiri.
Eric Fromm, seorang filsuf Jerman mendefinisikan altruism dalam bukunya The Art of Loving, tentang cinta yang altruistic yakni cinta yang aktif bukan pasif. Menurutnya kalau kita mencintai sesuatu, harus diikuti dengan tindakan yang menyiratkan 4 unsur cinta yang altruistic yakni cinta yang mengandung unsur kepedulian, tanggung jawab, respek dan pengenalan.
Jujur kuakui, wawasan Bapak tadi amat luas, obrolan kami melebar kemana-mana dan yang kutulis di sini hanya secuil penggalan perbincangan kami. Beliau begitu fasih mengulas berbagai hal. Yang mengesankan adalah pesan beliau tentang cara mendidik anak, menurutnya: " Anak cerdas itu pemberontak dan ga suka didikte, lebih baik Mba ikuti passionnya saja."#Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H