Mohon tunggu...
Ysabelle Alexa
Ysabelle Alexa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

a student that loves to write

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Highlights of JAFF19 : Workshops to Premieres

5 Januari 2025   20:05 Diperbarui: 5 Januari 2025   20:01 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://jaff-filmfest.org/

Pada hari ketiga JAFF, yang jatuh pada tanggal 2 Desember, fokus utama acara adalah peringatan 25 tahun karir Dian Sastrowardoyo dalam dunia perfilman. Dalam rangka merayakan perjalanan panjangnya, JAFF menayangkan tiga film yang dibuat oleh Dian saat ia masih belajar di sekolah penulisan naskah: Daybreak, Kotak, dan Quarantine Tales-Nougat. Setelah pemutaran film-film tersebut, Dian hadir dalam sesi berbagi pengalaman di mana ia menceritakan perasaannya. "Ga pernah kusangka film karyaku akhirnya bisa sampai ke kalian, karena disaat film ini selesai aku juga bingung mau di publish dimana. Akhirnya JAFF mengontak dan menanyakan kesediaanku menampilkan film, ya aku setuju ajaa dongg," ucapnya dengan senyum hangat.

Selain menampilkan karya-karya Dian, JAFF juga mengadakan pemutaran film romansa komedi legendaris AADC (Ada Apa Dengan Cinta?). Setelah pemutaran, Mira Lesmana, produser film tersebut, mengungkapkan rasa bangganya: "Film ini pertama kali ditayangkan di layar lebar bioskop lohh, berbahagialah kalian yang dapat kesempatan untuk nonton AADC di layar lebar." Dalam kesempatan yang sama, Dian Sastro mengungkapkan bahwa pada awalnya, ia belum memutuskan apakah akan berperan sebagai Cinta atau Maura. Namun, seiring berjalannya waktu, kru akhirnya menetapkan bahwa Dian akan memerankan karakter Cinta. Mira Lesmana dan Rudy Soedjarwo, sang sutradara, juga bercerita bahwa saat aktris untuk peran Cinta sudah ditetapkan, pemeran Rangga masih belum ditemukan. Nicholas Saputra pun baru benar-benar terpilih di detik-detik terakhir casting.

Hari keempat JAFF dipenuhi dengan acara menarik, salah satunya adalah JAFF Cinematic Concert yang menampilkan penampilan spektakuler dari Sal Priadi dan Kunto Aji, yang berhasil menarik perhatian banyak orang ternama dari kalangan atas. Selain konser ini, ada juga pemutaran film dalam program Asian Perspectives dan Jogja Showcase, yang diikuti dengan sesi berbagi pengalaman dan tanya jawab bersama para pembuat film setelah setiap sesi screening. Sementara itu, salah satu sorotan utama dari hari ketiga adalah pemutaran perdana film dokumenter RM: Right People, Wrong Place, yang mengisahkan perjalanan Kim Nam Joon (RM) dalam mencari passion di dunia musik selama proses pembuatan album solo-nya. Film ini sangat dinantikan oleh para penggemar BTS, yang dikenal dengan sebutan ARMY, karena mereka akhirnya dapat menyaksikan potongan kisah tentang salah satu member BTS yang sudah lama tidak aktif di dunia hiburan, membuat momen ini begitu berarti bagi mereka.

Sumber foto : Penulis
Sumber foto : Penulis

Pada hari kelima JAFF, suasana festival tetap meriah dengan berbagai jadwal pemutaran film pendek yang datang dari seluruh penjuru Asia, seperti yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Selain pemutaran film, festival ini juga mengadakan berbagai acara menarik seperti workshop, public presentation, public lecture, dan masih banyak lagi. Salah satu acara penting pada hari Rabu ini adalah public lecture yang mengangkat tema "Tribute to Aruna Vasudev". Aruna Vasudev dikenal sebagai pionir dalam dunia perfilman Asia, yang telah berjasa besar dalam mengangkat citra sinema Asia di kancah internasional. Ia juga merupakan pendiri NETPAC, sebuah organisasi yang berperan penting dalam mempromosikan perfilman Asia ke dunia luar. Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas kontribusinya, JAFF, yang bekerja sama dengan NETPAC, menyelenggarakan public lecture ini untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa Aruna Vasudev.

Pada dua hari berikutnya, JAFF mengarahkan fokusnya pada pemutaran film dalam program Light of Asia dan Layar Komunitas, menampilkan berbagai karya menarik yang melibatkan komunitas film dari berbagai negara. Pada hari keenam, festival ini mengadakan sebuah Public Lecture untuk membahas tema besar JAFF tahun ini, yaitu Metanoia, yang merujuk pada perubahan mendalam dalam cara berpikir atau pandangan hidup. Sebagai pembicara utama, Hanung Bramantyo, sutradara Indonesia ternama yang dikenal dengan karya-karyanya seperti Kartini, Ipar adalah Maut, Bumi Manusia, dan Miracle in Cell No.7, berbagi pandangannya mengenai tema ini. Hari ketujuh festival masih dipenuhi dengan berbagai kegiatan edukatif, termasuk workshop di LPP Enthusiastic, LPP Visionary, dan LPP Taman Bintang, yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka dalam dunia perfilman.

Pada hari terakhir JAFF, festival ini ditutup dengan berbagai penghargaan yang mengapresiasi karya-karya luar biasa yang telah diputar selama acara. Sebagai film penutup, JAFF menayangkan 1 Kakak 7 Ponakan, sebuah karya yang mengisahkan seorang arsitek muda yang, setelah kehilangan kedua kakaknya dalam sebuah tragedi, terpaksa mengambil peran sebagai pengasuh bagi tujuh keponakannya. Sambil berjuang untuk memperbaiki kehidupannya, ia dihadapkan pada sebuah peluang besar yang bisa mengubah nasibnya. Namun, kesempatan itu memaksanya untuk memilih antara mengejar cinta, meraih kesuksesan dalam karier, atau tetap setia menjaga keluarga yang tersisa. Film ini menggambarkan dilema emosional yang dalam dan keputusan hidup yang berat.

ESENSI JAFF DALAM DUNIA PERFILMAN DI INDONESIA

JAFF memberikan berbagai manfaat penting bagi industri perfilman, terutama bagi filmmaker baru yang ingin menunjukkan karya mereka ke khalayak yang lebih luas. Festival ini juga menjadi ajang untuk membawa nama filmmaker Indonesia ke kancah perfilman Asia, memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersaing dan mendapatkan perhatian internasional. Selain itu, JAFF juga menyediakan platform bagi para peserta untuk berbagi pengetahuan melalui berbagai acara seperti Public Lecture, Public Presentation, dan workshop yang mendalam. Festival ini juga mempermudah proses pitching bagi para pembuat film yang ingin mencari dana dari produser, membuka peluang pendanaan untuk proyek-proyek mendatang. Tak hanya itu, JAFF juga menjadi tempat yang ideal untuk memperluas jaringan relasi antar komunitas film, memungkinkan kolaborasi lebih lanjut antara berbagai pihak. Sebagai contoh, anggota Sinematografi Universitas Airlangga yang ikut serta dalam pembuatan film Ada Hantu di Menara Merdu dan menjadi pembicara di salah satu sesi JAFF, menunjukkan betapa besar manfaat festival ini dalam memperluas pengalaman dan koneksi. Secara keseluruhan, JAFF memberikan pengalaman yang sangat berharga setiap tahunnya, dengan berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibat.

BEBERAPA SAPAAN HANGAT DAN TANGGAPAN DARI PUBLIC FIGURE TERNAMA

Festival JAFF tahun ini terasa spesial, terutama dengan hadirnya banyak sineas dan aktor ternama. Di antara momen tersebut, saya berkesempatan berbincang dengan beberapa tokoh yang meninggalkan kesan mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun