[caption id="" align="alignleft" width="675" caption="Pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara (Foto nasional.kontan.co.id)"][/caption]
Saya tertarik untuk mengikuti kegiatan Sustainable Mining Bootcamp yang digagas oleh PT Newmont Nusa Tenggara(PTNNT) yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya saya sudah mendaftar langsung ke email panitia dengan mengirimkan CV, Akun jejaring sosial dan alasan mengapa mengikuti Sustainable Mining Bootcamp. Namun, sampai detik ini tidak ada respon dari panitia. Teman-teman yang pernah ikut kegiatan ini merekomendasikan untuk menulis ulang kembali di kompasiana. Iya bisa jadi PT Newmont Nusa Tenggara(PTNNT) telah menjadikan kompasiana sebagai mitra. Semoga tidak ada istilah There is no free lunch.  Semoga mitra yang sustainable. Aamiin.
Saya harus menuliskan tentang dunia pertambangan. Tapi pada kesempatan kali ini saya ingin membuktikan mana ada dunia tambang sustainable? Itu hanya teori.  Ada 3 alasan yang ingin saya sampaikan ajang pembuktian tersebut. Alasan yang pertama adalah sesuai dengan backgroud pendidikan keilmuan saya. Kebetulan saya adalah dari kelautan dan minat mengkaji pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu. Selama ini hanya teori yang berjibun yang saya peroleh, salah satunya mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut serta pulau-pulau kecil Sumbawa Barat. Mana ada tambang sustainable? Itu hanya teori. Ujar seorang teman yang disiplin ilmu dengan saya. Saya akui para pemilik tambang hanya berkedok di balik istilah Sustainable. Apa itu Sustainable? Sebagaimana diketahui bahwa dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Baik itu sumberdaya dapat pulih (renewable resources) atau sering juga disebut sumberdaya alam hayati, sumberdaya tidak dapat pulih (nonrenewable resources) atau disebut sumberdaya alam non-hayati dan jasa-jasa lingkungan. Termasuk di dalamnya pertambangan.
Dalam Convention Biological Diversity (CBD) yang diacu pada teori Thiang-Eng (2006) menyatakan bahwa pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem terfokus pada memelihara integritas ekosistem tersebut yang menyediakan sumberdaya esensial dan jasa untuk kesejahteraan dan aktivitas manusia. Lebih lanjut teori Cicin-Sain dan Knecht (1998) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan (Sustainable) mencakup 3 penekanan, yaitu terdiri dari 1). Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, 2). Pembangunan yang sesuai dengan lingkungan dan 3). Pembangunan yang sesuai dengan keadilan kesejateraan, yaitu keadilan penyebaran keuntungan dari pembangunan yang mencakup; a) Intersociental equity misalnya antar kelompok dalam masyarakat menghargai hak khusus masyarakat lokal, b). intergenerational equity yaitu tidak membatasi peluang atau pilihan bagi generasi mendatang dan c). international equity adalah memenuhi kewajiban (obligasi) terhadap bangsa lain dan terhadap masyarakat international mengingat adanya kenyataan saling ketergantungan secara global.
Sedangkan menurut teori Daly (1990) menyatakan bahwa ada tiga kriteria dasar bagi keberlanjutan modal alam (natural capital) dan keberlanjutan ekologi (ecological sustainability) yaitu 1) untuk sumberdaya alam terbarukan (renewable resources) laju pemanfaatanya tidak boleh melebihi laju regenerasinya (sustainable yield), 2). Laju produksi limbah dari kegiatan pembangunan tidak boleh melebihi kemampuan asimilasi dari lingkungan (sustainable waste disposal) dan 3) untuk sumberdaya tidak terbarukan (non renewable resource) laju deplesi sumberdaya harus mempertimbangkan pengembangan sumberdaya substitusi bagi sumberdaya tersebut. Tapi apakah benar adanya? Mana ada tambang sustainable? Alah itu hanya Teori, Man. Toh banyak teori-teori keberlanjutan (Sustainable) disebutkan diatas hanya sekedar teori tak ada bukti. Apalagi di Indonesia. Negara yang sedang sakit. Akibat ketamakan segelintir orang terhadap kepemilikan sumberdaya.
Kita ketahui bahwa Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan luas wilayah yang dimiliki Sumbawa Barat berkisar 740 Km2 dan panjang garis pantai lebih kurang 90 km serta terdapatnya 14 pulau-pulau kecil yang tersebar. Maka, Sumbawa Barat memiliki potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut serta pulau-pulau kecil yang begitu besar. Oleh karena itu Sumberdaya pesisir dan laut serta Pulau-pulau kecil Sumbawa Barat Nusa merupakan kekayaan alam yang sangat bernilai yang harus dikelola dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan (on sustainable basis). Pembangunan multi sektoral yang terjadi sekarang ini telah memberikan akibat yang nyata terhadap kualitas lingkungan. Industri pertambangan merupakan industri yang telah menghasilkan keuntungan ekonomi yang besar bagi perusahaan sekaligus mampu meningkatkan pendapatan negara melalui devisa ekspor.
Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut juga menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan lain di wilayah pesisir dan lautan seperti terhadap kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan dan industri pariwisata. Sementara itu, kegiatan-kegiatan perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak seperti dinamit dan racun, telah mengancam keberadaan habitat ikan dan menyebabkan terjadinya penurunan cadangan ikan, disamping merusak ekosistem terumbu karang. Selain itu, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan yang tidak memperhatikan daya dukung dan kelestarian lingkungan seringkali menimbulkan permasalahan bagi keberlanjutan sumberdaya pesisir dan lautan.
Penebangan hutan mangrove untuk kawasan perikanan tambak dan kawasan industri serta pengeboman karang juga menjadi penyebab rusaknya daerah pembesaran (nursery ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis ikan komersil dan udang, erosi pantai, dan penyempitan lahan. Degradasi dan pencemaran lingkungan pesisir dan laut akibat kegiatan di sekitar pesisir dan lautan juga merupakan pokok permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Berdasarkan kondisi tersebut, pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu merupakan kebutuhan yang sangat mendesak agar ekosistem ini dapat terjaga dengan baik. Sebagai layaknya sebuah paradigma baru, maka penguasaan ilmu pengelolaan wilayah pesisir dan lautan ini menjadi penting bagi segenap pihak yang terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, khususnya Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, saya ingin belajar secara langsung dan ingin melihat bagaimana praktek-praktek penambangan terbaik dan bertanggung jawab yang dilakukan PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dari sejak batuan ditambang, diproses, pemantauan terhadap lingkungan, hingga persiapan penutupan tambang. Melihat langsung Tambang Batu Hijau yang merupakan tambang tembaga dengan mineral ikutan emas adalah kado terindah untuk tahun 2014. Iya apa iya ada tambang sustainable? Itu hanya teori, kawan. Bohong.
Alasan kedua adalah saya ingin merasakan dan membuktikan langsung bagaimana bila tinggal dan masuk ke dalam kehidupan masyarakat di desa-desa sekitar area Tambang Batu Hijau. Saya ingin belajar bagaimana sosial budaya, pendidikan, kearifan lokal dan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat semenjak adanya keberadaa PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Apakah semakin sejahtera? Atau malah berbalik? Selama ini yang saya ketahui di media bahwa kehidupan di pertambangan begitu keras apalagi buat kaum papa. Sering tidak sedikit kita jumpai berita negatif tentang kehidup di lingkungan pertambangan. Bahwa kehidupan pertambangan jauh dari kualitas lingkungan yang baik, gelap dan menyeramkan.
Alasan yang ketiga adalah kebetulan hobi saya adalah traveling. Saya ingin mengunjungi daerah-daerah wisata di Kabupaten Sumbawa Barat. Sudah lama saya ingin menikmati indahnya hidden paradise Sumbawa Barat. Memiliki 14 pulau-pulau kecil tentu sangat banyak potensi wisata yang bisa dinikmati. Ada Pantai Maluk, Pantai Sekongkan, Lebo (Danau) Taliwang, Makam Raja – Raja Seren, Batu Lala Jinis, Tiu Kelamu, Pantai Jelenga, Pantai Poto Batu, Goa (Gua) Mumber, Pantai Balat, Wisata Golf Maluk dan Pulau Kenawa. Semoga hobi saya ini kesampaian menikmati hidden paradise Sumbawa Barat.
Itulah ketiga alasan mengapa saya tertarik ingin mengikuti Sustainable Mining Bootcamp yang digagas oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Tentu ketiga alasan ini saya perkuat dengan background pendidikan dan akun jejaring sosial (dunia maya) yang saya miliki. Tentunya menjadi beban moral dan panggilan hati nurani untuk meng-share keseluruh generasi nusantara bahwa bagaimana praktek-praktek penambangan terbaik dan bertanggung jawab yang dilakukan PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dari sejak batuan ditambang, diproses, pemantauan terhadap lingkungan, hingga persiapan penutupan tambang, kehidupan masyarakat dan betapa indahnya hidden paradise Sumbawa Barat.