Menipisnya jumlah cadangan minyak bumi di Indonesia salah satunya adalah karena penurunan tingkat produksi akibat natural decline. Sumur minyak di Indonesia umumnya berusia lebih dari setengah abad bahkan ada sumur minyak yang masih berproduksi saat pertama kali dibuka saat masa penjajahan Belanda. Cadangan sumber minyak bumi di Indonesia pada dasarnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di Indonesia dengan catatan efisiensi energi dan pelaksanaan program diversitas komponen energi seperti penggunaan gas alam, tenaga panas bumi, dan hydro power plant. Menurut catatan ex. Badan Pengelola Migas (BP Migas)  cadangan minyak terbukti hingga tahun 2012 adalah sebesar 3.92 milliar barrel atau hanya cukup digunakan selama kurang lebih 12-15 tahun lagi. Asumsi ini berlaku apabila tidak ditemukan cadangan baru yang siap diproduksi, tingkat pengurasan minyak yang bertambah, meningkatnya jumlah konsumsi, dan tidak diterapkannya teknologi lifting minyak seperti Enhanced Oil Recovery (EOR). Untuk memprediksi rate produksi minyak banyak digunakan metode oleh para ahli reservoir dan geologist, yang paling sederhana adalah pendekatan  Teori M. King Hubbert. Hubbert adalah seorang geologist asal Amerika Serikat yang menuliskan paper ilmiahnya tahun 1956 dengan judul Nuclear Energy and The Fossil Fuel dengan mengangkat tema penurunan tingkat produksi suatu wilayah kerja minyak setelah wilayah tersebut mengalami puncak produksi. Beberapa negara selain Amerika Serikat juga dihitung total rate produksinya dengan menggunakan pendekatan Hubbert dan hasilnya cukup akurat. Bagaimana model perhitungan tersebut? Secara garis besar akan dijelaskan seperti berikut beserta gambar untuk mempermudah pemahamannya. Pendekatan Hubbert menggunakan data rate produksi dari suatu wilayah atau negara penghasil minyak lalu dibuat kurva hubungan antara produksi tahunan dengan total produksi dalam satu rentang waktu dan daerah tertentu. Untuk kasus di Indonesia akan digunakan data dari International Energy Agency sejak tahun 1965 hingga 2010. Dengan mengambil data, P adalah Rate Produksi selama satu tahun dan Q adalah total produksi kurva yang dibuat akan terlihat seperti berikut:
Dari kurva diatas akan didapatkan satu garis slop linear dengan menggunakan persamaan grafik
y = mx+a
dimana: y= P/Q, Produksi Tahunan (Million Barrel per Annum)/ Total Produksi Minyak.
x= Q, Total Produksi Minyak (Million Barrel).
bila diregresikan pada titik saat  axis y sama dengan nol maka nilai P/ Q didapat sekitar 1.842 sebaliknya jika regresi pada titik x sama dengan nol maka nilai Q adalah 24.01.
Nilai masing-masing regresi inilah akan digunakan pada persamaan selanjutnya dalam menghitung prediksi rate produksi melalui pendekatan Hubbert.
Persamaan grafik sebelumnya akan diintegrasikan dengan pendekatan sederhana Hubbert yaitu :
P/Q=mQ+a
P/Q=-aQ/Qt+a
P/Q=a(1-Q/Qt)
P=a(1-Q/Qt)Q
dimana Qt adalah parameter hasil regresi dari kurva sebelumnya. Â Untuk mendapatkan kurva prediksi masing-masing nilai P dan Q akan di-fitting dengan nilai regresi dengan menggunakan persamaan berikut:
1/P=1/a(1-Q/Qt)Q
dimana 1/P adalah tahun per rate produksi minyak. Data yang diregresikan akan tampil seperti berikut:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H