Seperti saat bayi memasuki umur 6 bulan, ibu harus intens mengajak si bayi bicara baik saat menyusui, memandikan dan menidurkannya. Komunikasi tahap awal ini penting untuk melatih kelancaran bicara si bayi juga sebagai wujud kedekatan dan kasih sayang bunda.
Tak lupa, senyum ibu akan mendamaikan hati si bayi. Jadi selalu tersenyum saat dekat dengan buah hati, memberi stimulasi positip bayi, dia akan terbiasa tersenyum juga. Selanjutnya untuk mempertajam sensor motorik halusnya, bunda juga harus sering memberikan belaian di punggung, kepala dan kedua tangannya.
Nah, kan salah pola pengasuhan fatal akibatnya. Intinya di momen perkembangan bayi sampai umur 1 tahun, ibu harus aktif berkomunikasi dengan si buah hati. Tentunya hal ini akan mendukung perkembangan yang baik saat bayi tumbuh menjadi balita.
Problema saat Balita.
Momen saat balita, sangat kritikal karena otak akan merekam semua apa yang dia tangkap dari penglihatan, pendengaran dan perlakuan emosi orangtua dan lingkungannya. Contoh saat anak berumur dua tahun berinteraksi dengan anak yang lebih tua. Teman-temannya terbiasa berkata kasar atau jorok, maka besar kemungkinan sang anak akan meniru dan mengucapkan apa yang dia dengar. Hati-hati dalam berkomunikasi dengan memilih teman bermain yang baik.
Bukan hanya segi bicara, namun juga bunda ekstra hati-hati dalam mengelola emosi. Kalau keseharian bunda sering marah-marah, berkata kasar dan terbiasa mengolok/ mengejek, maka akan berpengaruh pada psikologi si anak. Nantinya anak cenderung menjadi pemurung, minder dan pemalu.
Memasuki Masa Sekolah Dasar (6-12 tahun)
Tak banyak yang berubah, kontrol ayah-bunda juga tetap dibutuhkan, bahkan lebih ketat dengan tetap menjaga kedekatan penuh cinta dan kasih sayang. Tantangan orang tua semakin besar, dengan interaksi teman dan lingkungan yang lebih luas, maka semakin banyak hal yang akan dia contoh. Di sini, bunda harus jeli, anak cenderung mencontoh yang baik atau malah mencontoh hal buruk?
Pola pengasuhan semakin komplek. Namun bisa bekerjasama dengan pihak guru sekolah, misal guru bimbingan konseling. Apa yang di sekolah diajarkan, sebaiknya diterapkan di rumah. Ini dimaksudkan agar ada konsistensi dalam sikap dan karakter. Misalnya saat di sekolah diajarkan kemandirian cara menyeterika baju, maka ketika di rumah, orangtua kendaknya meminta anak menyeterika bajunya sendiri. Bukan sebaliknya.
Berikan juga kepercayaan kepada anak untuk belajar berani mengutarakan pendapat, apalagi bila berbeda pendapat. Â Orang tua hendaknya mengapresiasi anak dengan sikap yang bersahabat. Jangan sengaja memperuncing permasalahan, misalnya membenci anak tersebut.
Ketika Anak Beranjak Remaja