Juga kulihat jemari tangan kiri  terlihat kaku, berbeda dengan tangan lainnya. Oh, Tuhan. Betapa berat ujian ibu, sudah selama ini tertekan, sekarang seperti tersiksa dengan kondisi ini. Entah nanti, berapa lama waktu untuk memulihkannya.
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk, aku buru-buru menyeka kedua pipi. Tampak dua orang perawat masuk membawa peralatan periksanya. Satu orang yang terlihat lebih senior membawa kertas lembar pemeriksaan, yang lainnya mendorong troli berisi banyak peralatan medis. Entah pemeriksaan apa yang akan dilakukannya.
Melihat aku bangkit dari duduk dan tersenyum, keduanya membalas senyuman dan mengangguk tanda hormat.
"Permisi bapak, perkenankan kami perawat jaga yang masuk siang akan mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Bapak boleh tetap di sini, sekalian kami akan meminta tanda persetujuan keluarga atas tindakan pemeriksaan ini", kata perawat senior, Sinta, begitu tertulis namanya di baju seragam sebelah kanan.
"Ya, Sus. Silakan lakukan tindakan terbaik, agar ibu cepat pulih!" jawabku.Beberapa saat perawat Sinta menuliskan keterangan di lembaran yang dipegangnya, sementara perawat satunya, Dewi, sibuk mempersiapkan alat suntik dan lainnya.
"Silakan tandatangan di sini, pak!" Suster Sinta menyodorkan lembaran yang telah diisinya padaku. Karena fokus pada keinginan yang kuat agar ibu mendapatkan layanan terbaik, aku tak perlu banyak bertanya. Segera kutandatangani lembaran itu.
Segera setelah kutandatangani surat persetujuan itu, suster Dewi cekatan memasang alat suntik di ujung slang infus, melepasnya sementara. Lalu ditarik perlahan sehingga darah memenuhi tabung suntik. Dilepasnya dengan perlahan juga, slang yang sempat dilepas tadi dipasang kembali.Tak lupa melakukan pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, detak nadi di pergelangan dan saturasi di ujung jari.
Setelah mencatat semua pemeriksaan, keduanya berpamitan keluar. Selesai. Tentu aku akan lebih banyak menyisihkan waktu untuk dekat ibu. Nanti akan kucontohkan kepada kedua adikku agar selalu mendampingi ibu. Ibu perlu orang yang ikhlas mendampingi pengobatan/ terapi selama dia sakit agar tidak semakin sedih. Seperti apa sedihnya apabila seorang ibu ditinggal sendiri dalam keadaan sakit, sang anak sibuk dengan dunianya masing-masing!
Semoga "teguran" Allah ini akan membuat bapak tersadar, mendapatkan hidayah dan kembali senyum keluarga terpancar dari masing-masing anggota keluarga.
---&&&--
Pagak-Malang, 15-12-2021