Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Ketika Ibu Stoke" (Bagian 2, Selesai)

16 Desember 2021   00:40 Diperbarui: 16 Desember 2021   00:49 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Juga kulihat jemari tangan kiri  terlihat kaku, berbeda dengan tangan lainnya. Oh, Tuhan. Betapa berat ujian ibu, sudah selama ini tertekan, sekarang seperti tersiksa dengan kondisi ini. Entah nanti, berapa lama waktu untuk memulihkannya.

Tiba-tiba terdengar pintu diketuk, aku buru-buru menyeka kedua pipi. Tampak dua orang perawat masuk membawa peralatan periksanya. Satu orang yang terlihat lebih senior membawa kertas lembar pemeriksaan, yang lainnya mendorong troli berisi banyak peralatan medis. Entah pemeriksaan apa yang akan dilakukannya.

Melihat aku bangkit dari duduk dan tersenyum, keduanya membalas senyuman dan mengangguk tanda hormat.

"Permisi bapak, perkenankan kami perawat jaga yang masuk siang akan mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Bapak boleh tetap di sini, sekalian kami akan meminta tanda persetujuan keluarga atas tindakan pemeriksaan ini", kata perawat senior, Sinta, begitu tertulis namanya di baju seragam sebelah kanan.

"Ya, Sus. Silakan lakukan tindakan terbaik, agar ibu cepat pulih!" jawabku.Beberapa saat perawat Sinta menuliskan keterangan di lembaran yang dipegangnya, sementara perawat satunya, Dewi, sibuk mempersiapkan alat suntik dan lainnya.

"Silakan tandatangan di sini, pak!" Suster Sinta menyodorkan lembaran yang telah diisinya padaku. Karena fokus pada keinginan yang kuat agar ibu mendapatkan layanan terbaik, aku tak perlu banyak bertanya. Segera kutandatangani lembaran itu.

Segera setelah kutandatangani surat persetujuan itu, suster Dewi cekatan memasang alat suntik di ujung slang infus, melepasnya sementara. Lalu ditarik perlahan sehingga darah memenuhi tabung suntik. Dilepasnya dengan perlahan juga, slang yang sempat dilepas tadi dipasang kembali.Tak lupa melakukan pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, detak nadi di pergelangan dan saturasi di ujung jari.

Setelah mencatat semua pemeriksaan, keduanya berpamitan keluar. Selesai. Tentu aku akan lebih banyak menyisihkan waktu untuk dekat ibu. Nanti akan kucontohkan kepada kedua adikku agar selalu mendampingi ibu. Ibu perlu orang yang ikhlas mendampingi pengobatan/ terapi selama dia sakit agar tidak semakin sedih. Seperti apa sedihnya apabila seorang ibu ditinggal sendiri dalam keadaan sakit, sang anak sibuk dengan dunianya masing-masing!

Semoga "teguran" Allah ini akan membuat bapak tersadar, mendapatkan hidayah dan kembali senyum keluarga terpancar dari masing-masing anggota keluarga.

---&&&--

Pagak-Malang, 15-12-2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun