Keenam, saat tanaman bertumbuh, petani menyiangi dengan sepenuh cinta agar rumput liar tidak menggangu. Petani juga sangat sayang dengan tanamannya, menyemprot padi untuk mengusir hama, agar tanaman tumbuh baik.
Ketujuh, bukti cinta petani memupuk kedua kali agar tanaman sehat saat siap berbuah. Kembali keringat dan uang dikeluarkan dengan rela.
Kedelapan, cinta yang semakin besar, petani menyiangi kedua kali, ia tak rela tanaman yang sedang berbulir diganggu gulma. Berharap hasil melimpah dari "dewi sri".
Kesembilan, cinta petani masih berlanjut, dengan sabar menunggui padi dari gangguan burung yang lapar. Kalau abai, petani akan gigit jari.
Kesepuluh, saat cinta telah membuahkan hasil, padi siap panen.
Saksikanlah, hari yang ditunggu walau harus berjibaku di atas lumpur, bercucuran keringat dan kehilangan sebagian padi untuk mengganti tenaga tetangga atau orang lain yang membantunya.
Kesebelas, saat yang menguras keringat, menjemur butir-butir gabah di bawah mentari, panas tak kau hirau demi melihat butiran padi menjadi gabah kering giling atau disimpan agar awet. Butuh mengucurkan keringat dua-tiga hari agar hasil sempurna!
Keduabelas, saat menggiling padi. Petani bisa melihat hasil tanamannya menjadi beras dengan menggiling gabah di tempat penggilingan padi.
Atau saat dulu kakek-nenek kita masih harus menguras keringat saat menggiling padi dengan alat sederhana; bermodal lumpang atau lesung sebagai wadah gabah dan antan/ alu sebagai penumbuknya. Kembali keringat mengalir deras!
Ketigabelas, hasil penggilingan padi atau tumbukan adalah butiran beras dan sekam. Selanjutnya beras akan dipisahkan dari sekamnya untuk diolah menjadi makanan!
Keempatbelas, proses menanak nasi. Butuh waktu untuk mencuci beras, memasaknya di atas tungku secara tradisional atau menggunakan alat modern; menggunakan magic-jar, magic-com, alat penanak listrik.