Mohon tunggu...
suryo hadi kusumo
suryo hadi kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan pejuang seni.

saya hanyalah seorang pencinta seni dan pengkahayal, yang memiliki pikiran abstrak, serta mengabdikan diri kepada sebuah seni.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merayakan Kesedihan

22 Agustus 2024   23:05 Diperbarui: 23 Agustus 2024   02:54 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semakin ku menahan malah muncul ratusan frame-frame semu itu

Ku taklukan dengan segala cara dan upaya

Dzikir, zen, tao, dll

Ah pikirku sudah kucapai pencerahan itu

Namun malah ku di hantui bayang-bayang tak nyata itu

Bangun dalam tidur

Tidur dalam bangun

Mengigau memanggil-memanggil rasa sakit terdalamku

Namun tetap

Tetap saja waktu dan dunia ini berputar dengan cepatnya

Melampaui yang tak kuperkirakan

Gravitasi yang terjadi pada diriku melambat

Seperti ada seseorang yang menikmati menyiksaku disuatu tempat yang tak kuketahui

Menabur garam diatas lukaku tanpa henti

Begitu menyiksanya

Ohh sampai-sampai menginfeksi Jiwaku

Akhirnya jiwaku tak lagi memandang segalanya dengan benar

Ia hanya merespon ingatan akan rasa sakit itu sampai keakar-akarnya

Tidak sampai disitu saja

Aku kehilangan segalanya di dalam satu waktu

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula

Kata-kata ini?

Ahh mustahil bisa menggambarkan betapa mengerikannya yang kurasakan

Betapa menderitanya kepalaku

Betapa tak sadarnya akal sehatku

Namun begitu aku memandang laut yang tenang itu seketika aku berubah pikiran

Begitu luasnya ia

Mampu menampung begitu banyak macam yang tak terhingga

Ia begitu biru namun luas tanpa batas

Begitu dalam dan menghanyutkan

Maka jadilah yang terbatas ini menjadi tak terbatas

Mencoba mengikuti frekuensi kecepatan cahaya

Seimbang diantara reruntuhan ini

Entah siapapun engkau

Apapun wujudmu itu

Kau sedang bertarung dengan dirimu sendiri

Memaksa membuat sebuah tembok besar dibanding menghancurkan

Takut menerima kenyataan

Tak mau merasakan sensasi sebuah kesakitan

Tak mau merayakan segalanya

Maka rayakanlah segala yang kau miliki

Jangan bersandar dengan yang terbatas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun