Raut wajah dan rambutnya sangat biasa
Di kepalanya ia menyimpan sebuah peradaban dari segala zaman
Ada pula sebuah sosok abstrak yang tak biasa ia jelaskan
Namun hakikatnya ia terlalu biasa
Kata-katanya tak secanggih pemikirannya
Hanya dengan sebuah pena pemikirannya terlaksana
Namun, tiada hari tanpa kesialan
Pikirnya semua bisa ia hadapi
Pikirnya semua bisa ia tangani
Namun nyatanya kosong
Kekosongan itu nampak di wajahnya yang tak banyak berekpresi
Terkadang saking banyaknya deru ombak yang menghantam pribadinya
Ia tak bisa bedakan antara tahu dan tempe
Bisa juga ia tak bisa membedakan antara malam dan siang
Semua itu karena benturan kepalanya yang begitu tiada henti-hentinya kepada waktu
Belum terlalu senja untuk berlabuh
Namun ia bersiap-siap untuk berlabuh
Puluhan simulasi sepukku ia lakukan tiap kepalanya menghantam hidup
Oh tiada terhormat rasanya
Tiada harapan juga
Namun apa mau dikata perut masih merasakan lapar
Jadi ia lanjutkan dengan terseok-seokÂ
Kehidupan membaik, membaik, dan membaik
Sampai tiba datang sebuag ombak yang lebih besar lagi
Lagi-lagi menghantam pahlawan kita yang kesiangan ini
Sungguh iba rasanya
Namun mulut terkunci untuk mengucap keluh-kesah
Tahun demi tahun sangat memprihatinkan
Dan sangat tidak layak untuk cuma bertahan hidup
Apabila gelap gulita ia melakukan simulasi sepukku konyol itu lagi
Lagi dan lagi
Mati dan bangkit lagi
Hidup dan mati lagi
Oh layakkah disebut sebagai mahluk hidup
Kalau hp lovecraft terinspirasi dari mahluk satu ini
Ia pasti akan membuat mahluk kosmis yang mengerikan dan terkutuk sepanjang masa
Ah waktu tak bisa diulang
Ketika pelatuk kita tekan
Maka pelurunya tak mungkin tak melesat
Lalu konyolnya juga si bodoh ini selalu berharap kepada musim yang sering berubah-ubah
Harapan oh harapan
Andai engkau tahu kelahirannya adalah kutukan
Maka musnahkanlah harapannya
Enyahkan ia bersama ribuan entitas lainnya
Seribu satu hanya satu yaitu kau sang lelaki terkutuk
Terkutuklah kauÂ
Tak sanggup lagi aku membaca kisahmu kawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H