Terkadang saking banyaknya deru ombak yang menghantam pribadinya
Ia tak bisa bedakan antara tahu dan tempe
Bisa juga ia tak bisa membedakan antara malam dan siang
Semua itu karena benturan kepalanya yang begitu tiada henti-hentinya kepada waktu
Belum terlalu senja untuk berlabuh
Namun ia bersiap-siap untuk berlabuh
Puluhan simulasi sepukku ia lakukan tiap kepalanya menghantam hidup
Oh tiada terhormat rasanya
Tiada harapan juga
Namun apa mau dikata perut masih merasakan lapar
Jadi ia lanjutkan dengan terseok-seokÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!