Sepuluh tahun sudah di Jogja dan hanya setahun untuk rehat di rumah
Akhirnya ku kembali lagi merasakan pergantian tahun di kota pelajar ini
Seperti biasanya aku sibuk di dalam lingkupku sendiri
Merasakan atmosfir yang berbeda dari kebanyakan orang
Tiga buah puntung rokok diasbak tak bernyawaÂ
Satu buah rokokku hisap
Jari-jemariku masih sibukÂ
Mengetik jam demi jam
Tak peduli apa yang terjadi diluar
Pekerjaanku menumpukÂ
Dompetku harus terisi
Demi sebuah harapan yang sederhana yaitu makan
Dari beberapa jam lalu yang hilang
Aku masih berkutat dengan perihal abad pertengahan
Sibuk dengan urusan yang tiada hubungannya dengan momen menyenangkan bagi mereka diluar sana
Bukan maksud membuat rumit
Hanya menyampaikan yang sekiranya terjadiÂ
ya itu benar
yang terjadi dan menganggu pemikiranku
serta yang kudu disampaikan pula
Merasakan getaran perjuangan gereja mempertahankan otoritasnya dari para pembangkang
Merasakan usaha yang begitu panjang dari para ilmuwan-ilmuwan untuk meyakinkan masyarakat dan gereja
Sehingga terciptalah sebuah abad pencerahan
Namun tidak sampai disitu
Bobroknya para penguasa yang serta merta mendorong doktrin untuk berperang sungguh-sungguh sangat menyakitkanku sebagai masyarakat biasa
Hidup di kala susah dan payah
Di bawah sebuah bayang-bayang otoritas agamawan
Ohh aku hanya membuktikan bahwa bentuk bumi ini bulat
Mengapa kau siksa aku?
Mengapa kau nyaman diatas sana?
Sedangkan aku menderita dibawah dengan kebenaran-kebenaran yang sunyi ini
Aku kembali melihat kedalam diriku
Di tahun yang sudah kulalui dan akan kulalui ini
Sudahkah diriku melakukan hal yang layak?
Sudahkah memberikan manfaat untuk sekitar?
Sekiranya diriku banyak dosa
Maka akan selalu kuketuk pintuMu disetiap malam yang sunyi senyap ini
Berusaha
Lantang
Berdoa
Berusaha
Kuat
Berdoa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H