Aku hanya diam mengangguk, sambil tak sadar air mataku keluar karena rasa haru  lapar dan sedih bergabung menjadi satu. Setelah makananku habis, ia bercerita bahwa ia menemukanku tergeletak ditrotoar kota dalam keadaan tidak sadarkan diri. Setelah itu ia terus bercerita sampai tak sadar sudah satu jam waktu berjalan.Â
" kalau kau masih merasakan lapar atau lelah tetaplah disini dulu tak apa, katanya.
"Aku akan keluar sebentar, mungkin kira-kira tiga atau empat jam untuk menjual hasil kelapa-kelapaku.
Sebelum ia pergi aku sontak mengatakannya, " terima kasih atas kebaikan hatimu, padhal anda belum mengenalku, tetapi anda harus begitu repot-repot seperti ini.
"Ini zaman dimana yang lemah dan miskin akan tersingkir, ini zaman dimana kemerdekaan dan hak kita sebagai manusia terenggut. Jadi, aku tak keberatan sama sekali, justru kita sebagai masyarakat biasa harus saling membantu satu sama lain, katanya.
" Aku sudah muak, dengan pertempuran kaum revolusi, kerajaan dan para orang asing itu, setelah mengatakan itu ia langsung pergi membawa kelapa-kelapa yang ia masukkan di dua ranjang besar.
Bersambung
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H