Tidak semudah yang dipikirkan serta semenyenangkan yang dipikirkan. Beberapa bulan lalu aku mencari-cari pekerjaan, walhasil pekerjaan sebagai penulislah yang kudapat. Ya, semua itu karena aku sangat mencintai buku.Â
Dengan beberapa uang yang tidak seberapa aku kembali lagi di Jogja. Kala itu, uangku tidak mencukupi untuk menyewa sebuah kos ataupun kontrakan. Maka kuputuskan sementara waktu tinggal bersama kawanku di daerah Ngaglik.
Pikirku mendukung juga ini suasana dan tempatnya, tinggal dipedesaan yang asri serta membaur dengan masyarakat setempat.Â
Tempat sudah didapatkan walau aku tidak enak sekali kepada kawanku ini. Mau bagaimana lagi, karena aku belum mendapatkan uang sama sekali pada waktu itu.Â
Hari-hari aku selalu berkutat dengan buku dan perpustakaan disemua tempat di wilayah Jogja. Bahkan aku membuat beberapa kartu anggota perpustakaan.Â
Rupanya pekerjaanku tidak semudah yang dibayangkan. Setelah aku mengikuti pertemuan sebuah redaksi di jogja, maka diputuskanlah aku menjadi penulis, serta dipilihkan seorang editor yang cocok dengan genre yang ku tulis. Kebetulan aku menulis tema sejarah, dengan judul "sejarah dunia".Â
Aku memilih tema ini karena pengalamanku dalam dunia perkuliahaan, memungkinkanku dengan mudah untuk menulis serta menggali-gali ide. Hal ini menjadi prefensiku untuk berani mengambil tema tersebut.
Tidak seperti yang dibayangkan, pekerjaanku rupanya menuntutku untuk terus-menerus membaca buku. Bahkan sampai aku bingung harus memulai dari mana, rupanya pengalamanku ketika kuliah juga kurang memumpuni, merasa memiliki banyak kekurangan namun aku tetap abaikan itu, serta berusaha untuk menjadi yang lebih baik.
Yah itu bisa dimaklumi, karena aku menyelesaikan skripsiku selama dua tahun. Dengan tema kebudayaan serta mengambil gabungan antara wawancara dan library research. Membutuhkan waktu sangat lama untuk menerka serta memahami apa yang ingin aku jelaskan kepada orang-orang di skripsiku ini pada beberapa tahun yang lalu. Degan proses yang luar biasa serta teman-teman yang selalu memberi masukan, dan keluargaku yang tiada henti-hentinya mensuport aku bisa menyelesaikan tugas akhirku serta merampungkan kuliahku.
Hari-hariku habisakan waktu diperpustakaan, bahkan pernah suatu kali aku datang keperpustakaan dengan hasil yang nihil. Aku sangat kebingungan untuk memulai tulisanku, sering kali aku datang keperpustakaan tanpa menyelesaikan satu lembarpun tulisan.Â
Hal ini diperparah dengan sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal. Aku harus segera pindah karena kawanku ini mau pulang, bingunglah aku pada waktu itu. Mau menulis dengan tenang tapi pikiranku masih tidak tenang.
Aku tak bisa memikirkan apapun selain tempat tinggal. Maka dengan rekomendasi kawanku aku pindah lagi di daerah condongcatur yang lebib dekat dengan perkotaan.Â
Walau aku bukan main tidak enaknya ketika itu. Aku tinggal selama hampir seminggu disana, aku hidup dalam sebuah kebingungan, disatu sisi aku harus menyelesaikan bukuku.Â
Disisi yang lain aku harus mendapatkan uang tambahan untuk menutupi kebutuhanku sehari-hari serta menabung untuk menyewa sebuah kost. Bahkan pernah suatu kali selama 4 hari, karena kebetulan pada waktu itu bulan puasa aku harus selalu sahur dengan sereal dan kurma.Â
Setelah memakan keduanya aku langsung tidur, ketika kawanku bertanya apakah aku sudah makan, aku menjawab iya dan segera tidur. Hal itu sengaja kulakukan karena aku tidak mau menyusahkan dia dalam hal makan.Â
Karena aku sendiri dengan tinggal dikosnya telah membuat ia selalu memikirkanku. Aku sangat tidak enak, sebagai orang yang senior dari dia, aku tidak enak sekali. Walau dia sangatlah welcome kepadaku, namun aku tetap saja tidak enak.
Jadi, selama seminggu aku tidak menulis apapun, datang keperpustakaan membuka lowongan kerja sampai, mengikuti tes, namun tetap saja aku tidak mendapatkan kerja. Aku sangat frustasi, namun hal iti tak pernah kuceritakan pada kawanku ini.
Tiap kali di kos aku selalu membahas hal diluar itu, seakan-akan tidak ada yang terjadi kepadaku. Frustasi menjadi-jadi ketika orang tuaku menyuruhku pulang. Namun aku bersikukuh tetap disana.Â
Pada malam harinya kuhubungi kawanku, sampai akhirnya aku direkomendasikan untuk tinggal disebuah masjid di komplek TNI.Â
Aku tak menyangka bisa masuk ke sana, pada awalnya aku ragu karena aku sangat sungkan kepada mereka yang menerimaku. Namun kuberanikan saja, hingga aku berbaur dengan mereka semua.Â
Aku memang tidak mendapatkan penghasilan, namun pada bulan-bulan ramadhan ini, makanan tidak pernah habis-habisnya datang kepada kami sebagai pengurus masjid.
Aku bersyukur, bahkan aku diberi THR yang menurutku tidak perlu, karena menurutku aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, serta tidak meminta imbalan sedikitpun. Bisa makan dan minum serta ada tempat tinggal, hal itu sudah membuatku cukup.Â
Di sana walau kepenulisanku tidak lancar karena harus membagi waktu dengan kegiatan masjid, namun setidaknya tulisanku bertambah sedikit demi sedikit.
Saat ini aku masih mengerjakan pekerjaan ini karena belum usai. Namun, setidaknya aku menambah tulisan dari hari ke hari.Â
Hal ini menurutku menjadi mustahil karena dengan ratusan halaman harus diselesaikan pada bulan Mei ini. Mengingat aku belum sampai mencapai 50 halaman. Namun, aku terus menerus berusaha, serta menyelesaikan apa yang sudah kumulai.
Menulis adalah sebuah perjalanan sunyi, ia adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi serta memiliki kompleksitasnya tersendiri.Â
Harus menyambungkan KTA, serta mengolah data supaya mudah dibaca. Dalam temaku ini, seperti sebentar-sebentar aku berada di masa dan tahun yang berbeda di dunia antah berantah, sebentar-sebentar aku harus berada di dunia modern dengan segala teknologinya.Â
Menggali ide yang dalam, kuat, namun padat serta tidak melebar. Sebagai penulis mungkin kita, dipandang sebelah mata karena karier kita yang kurang menjanjikan, namun effort yang kita dapat serta berikan sangatlah besar.Â
Puluhan bahkan ratusan orang diberbagai daerah akan membaca serta menelaah karya kita. Semua yang tertulis di media sosial, tidak lain sumber idenya adalah buku. Namun, dalam media sosial pastinya sudah tepecah-pecah kedalam sebuag bagian yang kecil-kecil.
Semoga dengan tulisan ini kita bisa lebih dalam lagi menggali dunia literasi, mengingat literasi di negara kita masih kurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H