"Pak apa cuma orang - orang itu saja, yang bisa tampil dimuka umum? Terus mereka prestasinya banyak sekali, aku ini apa pak, gak punya keahlian". Kata si anak A.
"Jangan gitu, kamu sukanya apa?", tanyaku.
"Malu pak sebenarnya, tapi ya udah tak bilangin, aku suka nyanyi", kata si A.
"Oh pantes kamu sering nyanyi dikelas ya kan", kataku.
"Iya pak", ia jawab sambil tersipu.
"Kebetulan bapak bisa main musik, besok bapak akan masukin kamu dilist penampilan, kamu mau nyanyi apa saja bisa, tapi yang serius ya, biar hasilnya nanti memuaskan", kataku meyakinkan kepadanya.
"Wah, benaran oke besok langsung latihan ya pak", kata si anak A.
Benar saja, pada penampilan - penampilan setelahnya si A, sering ditunjuk karena suaranya memang bagus. Ia terobsesi sekali dengan Queen, kebetulan sekali aku juga sangat menyukai lagu - lagu lama seperti itu. Kami seperti kombinasi sebuah band yang tak terkalahkan, sampai ia lulus pun masih mengingatku, bahkan ia selalu ingat momen ketika aku menyemangatinya. Sungguh, hati ini menangis haru, orang sepertiku yang sebelumnya tidak menyentuh dunia pendidikan sama sekali, serta tenggelam dalam nuansa rock n roll dan punk di era 60 - 70an bisa juga melakukan hal yang bermanfaat.
Pernah kudengar juga ada yang sering bolos sampai berminggu - minggu, aku datangi dia hampir setiap harinya pada waktu sebelum dan sesudah mengajar. Aku hanya berperan menjadi pendengar yang baik, mendengarkan semua cerita - ceritanya mulai dari yang penting maupun tidak penting. Akhirnya ia mau juga masuk sekolah, karena belakangan ia mengaku tidak punya teman serta minder. Aku hanya menyakinkan dia, serta mengingatkan kembali tujuan ia datang di sekolah, serta sesekali bercanda. Ia yang tadinya pemalu serta kurang percaya diri, kini menjadi orang yang berada digarda depan dalam membantu guru - gurunya. Hal ini semua bukan juga karena usahaku saja, namun guru - guru serta kawan - kawan lainnya. Aku disini hanya menjadi pemantik, mendorong, penghubung, penyemangat, pendengar, serta pendidik yang baik.Â
Ditempat lainnya setelah bapak menjadi pengajar kalian, bapak juga mengajar lagi. Disitu bapak juga menemukan banyak anak - anak yang hebat seperti kalian, anak - anak yang hanya ingin dipahami, dimengerti serta diberi feedback dan arahan. Lagi - lagi bapak juga tidak sanggup berpamitan kepada mereka, karena terlalu melankolisnya hati bapak ini. Bapak kalau bisa ingin selamanya bersama kalian atau mereka juga, namun ada suatu hal yang harus bapak selesaikan, nantinya setelah urusan bapak selesai. Bapak pasti akan mengajar lagi, menjadi bagian perubahan bagi generasi anak - anak muda Indonesia yang cerdas dan kreatif.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H