Aku ini manusia penuh luka. Kapan kah aku akan menggapai bahagia? Dengan cara apa? Bersama siapa? Seolah manusia sudah tak peduli kepadaku. Berawal dari sepasang sepatu berwarna ungu yang datang menghampiriku di malam itu. Kautahu, tiba-tiba angin kencang melanda sekitarku dan suara burung yang teramat sangat menyeramkan itu hampir memecahkan telinga dan pintu ruang tamu terbuka dengan sendirinya.
Aku bertanya dalam hati, ada apa ini? Aku tinggal sendiri, dan aku tak tahu harus mengadu perkara ini pada siapa. Aku hendak menutup pintu ruang tamu, sambil  melihat ada apa di luar. Kosong, tak ada satu manusia, hewan juga tak ada. Tapi suasana masih mencekam, bulu kuduk berdiri, udara dingin menusuk kulitku. Aku sudah berhenti, tapi mengapa suasana masih seperti sebelumnya?
Saat aku ingin menutup pintu dari dalam, ada suara kotak kayu seperti sengaja dilemparkan di teras rumahku, tepat di depan mataku. Aku intip isinya dari balik pintu karena kotak itu sudah terbuka. Aduh, apa ya isinya? Darah? Hewan? Atau apa yang semakin membuatku takut. Aku mengintip sambil menutup satu mataku. Aku takut sesuatu itu keluar dalam kotak kayu, lalu menyerangku, bahkan membunuhku. Oh tidak. Aku takut, aku tak mau, aku ragu. Apakah sebaiknya aku masuk saja? Atau aku tetap melihat apa isi dari kotak kayu yang menyapaku itu?
Semoga apa yang aku duga tak akan terjadi, atau jika terjadi, itu hanya mimpi. Aduh, gimana ini? Perlahan, tapi tetap ku coba berjalan. Kalau tak ku coba, bagaimana aku bisa tahu kan? Percaya saja, bahwa tak akan terjadi hal yang tidak ku inginkan. Pelan, pelan dan pelan aku berjalan, sebenarnya berharap sebuah pelukan, tapi ya jangan pelukan hantu dong. Masih ku tutup satu mataku, sambil terus mendekat dan akhirnya ku lihat isi kotak itu.
Lho? Kok sepasang sepatu warna ungu? Tapi bisa terlempar atau sengaja dilempar begitu? Aku ambil sepatu itu, masih baru ternyata, cantik warnanya. Sepertinya pas sekali dengan ukuran kakiku, tapi ini milik siapa ya? Apa boleh aku memakai yang bukan milikku? Gimana jika terjadi sesuatu?
Aku kembalikan lagi sepatu itu di kotak kayu. Aku menutup pintu sangat rapat. Sungguh, aku takut. Aku langsung masuk kamar tanpa pikir panjang. Aku ingin segera tidur dan berharap besok pagi bangun dengan segar. Tapi kenapa tak bisa terpejam ya? Aku hendak mengambil minum di dapur, tapi di bawah tempat tidurku sudah ada kotak kayu berisi sepatu itu. Astaga. Apa-apaan ini? Aku menendang kotak kayu itu, tapi tak bergerak satu cm pun, malah kakiku terasa sakit. Siapa pemilik sepatu itu? Ada hal gaib bersamanya. Apa Ia minta aku yang pakai? Aku coba memakainya, daripada nanti tetap menggangguku. Ternyata benar pas.
Tiba-tiba, dari sepatu itu keluar sebuah cahaya ungu, lalu Ia berdiri di depanku. Seorang perempuan berambut ungu dan bergaun ungu, tapi melayang tanpa alas kaki. Astaga, hantukah? Tapi cantik nian. Aku baru lihat hantu secantik ini, biasanya menyeramkan. Aku menatapnya lama karena heran. Dia semakin mendekat, membuatku semakin mundur hingga aku terpeleset sebuah keset. Aku akan jatuh.
Tidak ternyata, aku tidak jatuh, perempuan cantik itu membantuku berdiri dengan secepat kilat. "Aku pikir sepatu ini akan membuatku berdiri, ternyata kamu. Kamu ini siapa? Hantu apa? Cantiknya aduhai, aku saja terpesona, gimana dengan laki-laki yang melihatmu?" tanyaku. "Aku Anna, Anna Revka. Aku mau minta bantuanmu Clara. Aku memang hantu, tapi karena aku masih ada urusan yang belum selesai, aku masih di dunia manusia," jawab hantu cantik.
"Urusan apa? Kenapa aku?" tanyaku dengan sangat ingin tahu. "Sudah malam, tidurlah dengan nyenyak! Besok kuceritakan padamu, aku telah mengganggumu, maafkan aku ya, tolong!" pintanya padaku. Aku tetap tak bisa tidur, siapa hantu itu? Kenapa aku ya? Emang nggak ada manusia lain selain aku? Ah, aku lagi malas mikir, pengen banget bisa tidur lalu besok bangun dan mendengar cerita itu.
Akhirnya, aku tidur dengan nyenyaknya. Untung saja si hantu cantik tak mengganggu. "Anna? Di mana? Sini, cerita!" pintaku. Tiba-tiba Anna di depanku, dan membuatku kaget. "Kamu ini bikin kaget saja," kataku sambil menepuk bahunya, tapi tak bisa. Tak kan pernah bisa. "Dunia kita beda Clara, kamu tak kan bisa menyentuhku," jelas Anna. "Duduklah dengan nyaman! Akan kuceritakan semuanya, tolong dengar!" pinta Anna padaku.