Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesolek dan si Biru

17 Juli 2024   12:32 Diperbarui: 17 Juli 2024   12:57 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memakai riasan warna biru (sumber gambar : pinterest.de/maria_l015/) 

"Saya mencintai putri Bapak dan Ibu, saya ingin menikahi Rita. Saya melihat kebaikan hatinya Pak, bukan karena Rita hobi bersolek. Bahkan saya terima apapun kondisi wajahnya saat Ia menghapus riasan wajahnya. Apakah boleh saya menikah dengannya?" tanya Pak Arya yang bercerita tentangku apa adanya. Aku tersenyum mendengar Ia berkata, memintaku dengan melebih-lebihkanku. Aku keluar, yang dari tadi sudah tak tahan mengutarakan isi hatiku pada orang tuaku. Selama ini memang aku sudah ceritakan siapa Pak Arya, tapi sebagai pemilik ikan biru, bukan sebagai pemilik perusahaanku.  
       
"Ayah, Ibu, ini Pak Arya yang dulu sering aku ceritakan, yang dulu pemilik ikan biru. Malah ternyata Beliau adalah pemilik perusahaan, aku kan jadi malu dan nggak enak ini. Tapi, aku terlanjur menaruh hati pada Pak Arya," kataku sambil senyum-senyum sendiri. Ayah berdeham, sambil melirikku. "Ayah tertarik dengan ceritamu yang dulu kepada kami Rita. Sekarang, Ayah sudah bertemu dengan tokoh utama. Ayah bahagia jika kamu bahagia. Jika kamu terima Pak Arya, maka kami terima. Iya kan Bu?" tanya Ayah dengan melemparkan seyum kepada Ibu. Ibu mengangguk tanda setuju.

"Rita, kapan aku bisa melihat wajah cantikmu yang alami tanpa make up? Aku sudah tak sabar, pasti cantik, asli, tanpa tambahan bumbu," gurau Pak Arya, eh Mas Arya saja. "Tunggu ya sayang! Nggak sampai satu jam aku kembali, dan lihatlah aku seperti yang Kau mau!" pintaku pada Mas Arya karena Beliau sudah tak sabar pastinya. Aku masuk kamar guna menghapus riasan wajahku. Kurang lebih lima belas menit setelah itu, aku keluar, hendak memanggil Mas Arya, tapi nanti tidak seru, tidak terkejut. Aku langsung memeluknya dari belakang di saat Mas Arya sedang asyik menikmati indahnya lampu yang menyinari sawah di samping rumahku.

"Sayang, Kau membuatku..." Mas Arya tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. "Membuat apa? Kok malah nggak bisa lanjut ini gimana? Ada apa?" tanyaku penasaran. "Kamu cantik sekali, malah lebih cantik jika tanpa make up, lebih alami. Lagipula, hatimu sudah cantik," puji kekasih baruku. "Awalnya hobi dan kini jadi pekerjaan, bukan paksaan lho sayangku," kataku sambil menyentuh pipinya. "Tapi aku lebih suka Kau begini, kalau gitu, besok ku pindah Kau ke bagian lain, biar tak usah bersolek, berlebihan lagi," gurau Mas Arya.
Aku terdiam sejenak bertanya mau dipindah ke mana. "Bingung ya? Mikir ya? Nggak usah bingung! Tak kasih tahu. Kamu akan ku pindah ke hatiku, walau sudah ada si ikan biru, tapi tetaplah kamu yang lebih indah dari si biru itu, dan akan selalu cantik dari hatimu. Indahmu juga terpancar dari kelakuanmu, pribadimu." Aku bahagia mendengar kalimat itu dari calon suamiku, pemilik ikan biru dan pemilik hatiku. Dulu aku tak pernah percaya diri dengan wajahku yang tidak ayu, kadang aku cemburu dan iri dengan wanita lain yang lebih cantik, bahkan dengan pria yang wajahnya mulus tanpa cacat. Makanya, aku jadikan bersolek itu sebuah hobi, untuk menutupi, tapi sekarang, tidak lagi, karena seseorang telah membuatku menerima diri.

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun