Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Es Teh Menyegarkan Hati

11 Juli 2024   22:04 Diperbarui: 11 Juli 2024   22:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es teh (sumber gambar : Freepik) 

"Aku nitip es teh jumbo ya?" Suatu kalimat yang memiliki dua arti. Pertama, nitip dibelikan, nanti ditukar habisnya berapa. Kedua, nitip dibelikan tetapi gratisan alias ya minta dibelikan. Seseorang yang dititipi bisa membelikan dengan uangnya sendiri, entah nanti ditukar atau tidak, tanpa bertanya pada si penitip. Atau orang yang tahu diri nitip seharusnya memberikan uangnya, tidak hanya pas, tetapi malah ada lebih. 

Begitulah sekarang orang memuja es teh jumbo. Maklum, cuaca seperti ini memang enaknya minum es teh. Karena es teh jumbo masih viral dan harga terjangkau, orang sekarang memilihnya karena memang menyegarkan di kala kita di bawah terik matahari atau lelahnya tugas luar saat bekerja. 

Teman-teman kantor membeli beberapa cup saat cuaca panas, kebetulan yang jual adalah teman kerja sendiri. Jadi tak perlu repot keluar kantor berpanas-panasan hanya sekedar membeli. 

Ada pula para sopir pengantar paket, si abang penjual cilok, dan temanku yang sering tugas luar juga sangat gemar dengan minuman tersebut. Pernah ada yang minta mampir jika sedang tugas bersamaku. 

Tetapi, ada juga temanku yang menghindari es teh tersebut. Mengapa? Takut kenapa-kenapa karena cuaca panas kok minum es? Harusnya jangan yang dingin. Begitu info yang Beliau berikan padaku. 

Aku pun juga tak begitu menyukai, karena pernah aku membeli, rasanya agak aneh, nggak tahu kenapa. Atau karena tidak segar? Bisa jadi buatan kemaren yang tak diganti. Atau airnya? Aku pernah baca begitu di surat kabar. 

Jika sekarang orang menggemari minuman tersebut, mengapa masih ada yang jualannya belum laku ya? Karena mahal? Atau banyak saingan? Atau karena sudah tua lalu mereka memilih yang lebih muda? Selain yang muda lebih cepat dalam melayani, lebih menarik hati bukan? Padahal sang Bapak sudah berjuang. Dari yang dulu berjualan bensin di trotoar dengan payung, itu sepi. Sekarang mulai jual es teh jumbo dan minuman segar lain, masih sepi. Kasihan juga ya. 

Bapak penjual es teh tadi hanya duduk diam, tanpa kepanasan dan kehujanan, tanpa kecapekan berjalan, tetapi tetap saja capek menunggu datangnya uang. Itu baru kisah Bapak penjual es teh, gimana nasib Bapak lain yang tidak berjualan es teh? 

Ada seorang Bapak yang berjualan air mineral botol, memakai sepeda dan membawa kursi plastik lalu duduk di trotoar. Tempat beliau mangkal berpindah-pindah. Tiap kali aku bertemu, masih saja sepi. Apa karena pengendara kurang terhibur dengan Bapak tersebut? Beda dengan pengamen di sampingnya yang menghibur. Setidaknya Bapak sudah berusaha. 

Di tempat lain, tiap pagi seorang Ibu juga berjual air mineral, bedanya Beliau membawa beberapa minuman untuk ditawarkan ke pengendara dengan berjalan. Itu juga belum ada yang melirik. Padahal Beliau harus menyeberang mengambil untuk stok jika botol di tangannya sudah terjual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun