Rabu (11/1) kemarin adalah hari tersibuk bagi para protokoler. Kedatangan Menteri BUMN Dahlan Iskan ke Bontang membuat protokoler Pemkot, Pupuk Kalimantan Timur (PKT), dan PT Badak NGL bekerja ekstra keras. Lantaran Dahlan memang susah ditebak mau ke mana. Apalagi dia tak mau terlalu repot dengan pengawalan dan schedule. Kalau mau jalan, ya jalan saja.
Sebenarnya, kedatangan Dahlan Iskan ke Bontang bukanlah agenda utama. Karena tujuan Dahlan sebenarnya adalah melihat lahan pertanian dan percetakan sawah di Berau, Kabupaten Tana Tidung (KTT) dan Nunukan. Dia ‘terpaksa’ mampir, karena helikopter MI-17 V5 buatan Rusia milik TNI AD yang ditumpanginya, harus mengisi bahan bakar setelah terbang dari Balikpapan.
Malam sebelum kedatangannya, para protokoler belum bisa memastikan apa yang dilakukan Dahlan. Apakah menunggu pengisian bahan bakar di Bandara PT Badak NGL, atau sempat melakukan plant tour ke pabrik PT PKT, yang merupakan “mantan” BUMN. Tak ada yang pasti, bahkan para wartawan pun harus standby di bandara sejak pukul 09.00. Satu-satunya yang bisa dipastikan hanya jam kedatangan Dahlan sekitar pukul 10.00 Wita.
Pukul 09.00 Wita, bandara PT Badak NGL sudah ramai dengan orang-orang berseragam perusahaan. Mereka karyawan PT PKT dan PT Badak NGL. Juga ada wartawan dan beberapa polisi. Semua orang di sana menanti kedatangan Dahlan Iskan. Mereka saling bercanda dan ngobrol untuk mengisi waktu sembari menunggu.
Seperti yang sudah diprediksi, tepat pukul 10.00 Wita, helikopter MI-17 V5 mendarat. Semua orang yang tadinya akrab, berbalik sibuk berpencar mencari tempat di depan pintu kedatangan penumpang. Dari balik pintu kaca, terlihat Dahlan turun dari pintu heli.
Dia mengenakan baju kaus lengan panjang putih yang digulung sedikit, bertuliskan Canopy Bridge Wisata Bukit Bengkirai. Plus, sepatu kets berwarna hitam, tak ketinggalan topi bulat bergaya army. Penampilan santai, tak seperti menteri lainnya yang kerap terlihat menggunakan jas dan sepatu kulit mengkilap. Di antara orang-orang yang menunggunya itu ada yang bergumam, “menterinya mana sih? Masak yang pakai baju kaus itu?”
Siang kemarin, Dahlan terlihat segar bugar dan enjoy. Senyum santai khasnya selalu dilontarkan pada siapa saja di hadapannya. Kedatangan Dahlan ini, salah satu rangkaian tur ke kabupaten/kota se-Kaltim, yang membicarakan rencana pembukaan lahan pertanian padi seluas 100 ribu hektare di Kaltim.
Tampak dalam rombongan, Direktur Utama (Dirut) PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Holding Arifin Tasrif, Dirut PT PKT Aas Asikin Idat. Juga terlihat wajah-wajah penting di BUMN seperti direktur utama Sang Hyang Sri, dirut Perhutani, dirut Pertani, dan dirut Inhutani.
Melalui pintu khusus di ruang bandara PT Badak yang langsung menembus ruangan coffee morning, Dahlan beserta rombongan diajak mampir oleh Hanung Budya, president director PT Badak. Hanung sudah menyiapkan presentasi kilat seputar perusahaannya. Berulang kali Hanung menyebutkan, PT Badak seperti kejatuhan durian runtuh. Karena didatangi seorang menteri yang terkenal memiliki gaya pemecah masalah birokrasi dengan gaya korporasi.
Saat mengikuti pertemuan itu, Dahlan menanggapi dengan santai, ia hanya tersenyum dan sesekali menyela presentasi itu. Sekitar 15 menit, presentasi itu akhirnya berakhir. Buru-buru Dahlan yang ditemani Wali Kota Adi Darma, meninggalkan arena dan menuju bus PT PKT yang sudah menunggu selama 15 menit.
Dia mengatakan perjalanannya masih panjang, pasalnya ‘harus’ mengikuti plant tour ke lokasi pabrik PT PKT. Waktunya makin mepet, karena sebenarnya presentasi PT Badak itu tak ada dalam schedule. Waktunya sempit karena Dahlan punya jadwal ‘terbang’ meninjau lahan percetakan sawah. Wajah-wajah agak panik pun sempat tampak dari beberapa protokoler. Namun, Dahlan tetap santai saja.
“Bagus, tapi jangan lupa penghematan,” ulangnya lagi sembari meninggalkan ruangan, lalu masuk bus. Melalui jalur utama jalan raya, rombongan bus Dahlan Iskan memasuki kawasan PT PKT. Tak ada mobil patroli atau motor polisi lalu lintas yang mengawal.
Saat memasuki lokasi pabrik, beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi Dahlan terpaksa distop. Lantaran kondisi pabrik harus tetap kondusif dan tidak boleh sembarangan meski hanya berkeliling-keliling. Saat semua menunggu di luar, bus Dahlan tetap berjalan secara pelan. Rombongan itu mengelilingi kawasaan pabrik selama 30 menit.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 wita. Lagi-lagi bus yang membawa Dahlan mampir di suatu tempat, kali ini restoran Bontang Kuring PKT. “Waktunya makan siang, Pak,” ujar seorang staf humas PT PKT mempersilakan Dahlan menyantap hidangan ikan mas goreng dan asam manis kepiting.
Dahlan dan rombongan duduk membelakangi kolam di sebelah resto terbuka itu. Terlihat, ia menyantap menu yang disediakan dengan lahap diselingi perbincangan ringan seputar rencana pembukaan lahan bersama petinggi BUMN dan Wali Kota Adi Darma.
Begitu selesai, Dahlan langsung berdiri. Dengan lugas, dia langsung berseru. “Ayo, ayo.. Kumpul-kumpul. Yang BUMN kita kumpul dulu. Yang masih makan, silakan dilanjut dulu, mumpung ikannya enak,” katanya.
Tentu saja ini agak nyeleneh, karena yang dipanggil adalah para petinggi BUMN yang dulu akrab dengan birokrasi. Kali ini, dengan gaya bak seorang kawan di warung kopi, Dahlan memanggil mereka semua untuk duduk satu meja. Dia membahas langkah yang harus diambil agar investasi pembuatan cetak sawah dan lahan pertanian di Kaltim sukses.
Sayangnya, itu semua off the record. “Teman-teman wartawan, boleh ikut mendengarkan rencana ini sebagai background, tapi tidak untuk dipublikasikan. Soalnya takut tidak jadi. Kan nanti sama-sama rugi, lahan tak jadi dan kawan-kawan wartawan juga tidak punya berita,” serunya, kali ini menggunakan mik yang telah diberi staf karyawan PKT, membuat semua orang tertawa.
Singkat cerita, Dahlan mengharapkan rencana besarnya harus berjalan lancar. Ia menjelaskan 100 ribu hektare lahan yang sudah tersedia, harus diolah dengan benar. Seperti mencontoh salah satu pabrik di Pulau Jawa dan bukan perusahaan tambang. “Yang dimakan manusia kan bukan batu bara. Tidak juga makan minyak sawit toh, soalnya bakal kolesterol. Jadi harus diolah dengan benar,” kalimatnya.
Sebelum menutup pertemuan, Dahlan masuk dapur restoran. “Saya ingin ketemu kokinya dulu. Masakannya enak,” katanya langsung masuk dapur. Di sana, semua kru restoran langsung mesem-mesem. Dahlan mengecek alat masak dan bertemu dengan koki. Bahkan sempat bertanya dari mana si koki belajar masak. “Karedoknya enak, empalnya enak, kok bisa enak? Gurunya dari mana?” tanya Dahlan. “Guru saya dari Bandung, Pak,” jawab si koki. Usai dari restoran Bontang Kuring, Dahlan melanjutkan perjalanan. Ah... Suhu, aku masih ingat pesanmu padaku "Kalau ingin ingin membeli sepeda, belajarlah dulu mengendarainya" kini aku siap, dan aku ingin membeli sepeda sepertimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H