Mohon tunggu...
Youvita Almas
Youvita Almas Mohon Tunggu... Guru - Guru

Suka memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

17 April 2023   18:15 Diperbarui: 17 April 2023   18:12 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran Modul 3.1 ( Koneksi Antar Materi)

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh : Youvita Febriarti, S.Pd (CGP A7)

Dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih anatara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tapi bertentangan. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi dan tanggung jawab serta penghargaan akan hidup.  Ada 4 paradigma situasi dilema etika yaitu:

  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyality)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Dalam pengambilan keputusan kasus dilema etika harus didasarkan pada prinsip :

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Untuk memandu kita dalam pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika, ada 9 langkah yang dapat kita lakukan, yaitu:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
  • Pengujian benar atau salah
  • Uji legal
  • Uji regulasi/standar profesional
  • Uji intuisi
  • Uji publikasi
  • Uji panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar
  • Melakukan prinsip resolusi
  • Investigasi opsi trilema
  • Buat keputusan
  • Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosifi Pratap Triloka memiliki perngaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Dalam ketrampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas dengan keputusan yang telah diambil. 

Kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan artinya semakin sering dilakukan maka akan semakin terlatih, fokus dan tepat sasaran.  

Sesulit apapaun keputusan yang akan diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin harus mendasarkan keputusan pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab . 

Dalam Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak sehingga anak dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sebagai anggota masyarakat. Jadi dalam pengambilan keputusan harus diudasarkan pada keberpihakan pada murid. Filosofi Pratap Triloka yaitu Ing ngarsa sung tulada , ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. 

Sebagai perwujudan dari ing ngarsa sung tulada, guru memberikan teladan yang baik untuk muridnya dan dalam mengambil keputusan harus memberikan karsa atau usaha dan membantu murid agar murid dapat mengambil keputusan sendiri sesuai perwujudan dari ing madya mangun karsa. 

Sebagai perwujudan tut wuri handayani, guru harus menjadi pamong yang menuntun dan mengarahkan murid menuju kebahagiaannya. Guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai filosofi pratap triloka KHD dengan menjadi sosok yang dapat menjadi panutan dan teladan, selalu menjadi motivator bagi murid dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila.  Dalam hal ini guru dalam mengambil keputusan harus mengacu pada 9 langkah pengujian pangambilan keputusan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam pengambilan keputusan, kita mengacu pada 3 prinsip yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).  Ketika seorang pemimpin yang jujur dan berkomitmen yang tunduk pada peraturan dan mengambil keputusan berdasar peraturan di sekolah maka pemimpin tersebut mengacu pada prinsip Berpikir Berbasis Peraturan. Sedangkan Pemimpin yang memiliki jiwa sosial tinggi akan cenderung mengambil keputusan berdasar prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir. Tetapi pemimpin yang memiliki rasa empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian maka pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli. Dari sini dapat disimpulkan nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan 'couching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Couching adalah keterampilan yang sangat penting dalam membantu couchee untuk menyelesaikan pemasalahannya. Dengan langkah couching model TIRTA,  couch dapat mengidentifikasi permasalahan apa yang dialami couchee dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Proses coaching, seorang coach mengembangkan potensi dan memberdayakan serta membantu couchee untuk mengambil keputusan sendiri. 

Dalam modul 3.1, kita kembali melakukan refleksi apakah keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan, dapat menjadi solusi terbaik ataukan akan menimbulkan masalah bagi couchee di kemudian hari. Jadi untuk mengambil keputusan, couch menggunakan percakapan couching model TIRTA dan memberikan panduan 9 langkah pengujian kepada couchee sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik. 

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. 

Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. 

Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik. Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Selain itu tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama dan keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Merdeka belajar merupakan tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan. Merdeka belajar berarti siswa bebas untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dia miiki. Maka keputusan yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan siswa dan juga merampas potensi yang dimiliki siswa . 

Lalu apakan pengambilan keputusan berpengaruh pada pengajaran yang memerdekan murid? Itu semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya..

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. 

Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan datang. 

Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Jadi seorang pendidik harus dapat mengambil keputusan yang tepat dan berpihak kepada murid. Dengan demikian murid akan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

  • Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.
  • Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
  • Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
  • Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun