Industri musik tanah air kembali dihebohkan dengan datangnya musisi bersuara 'emas'. Ialah Rizky Rahmahadian Pamungkas atau yang kita semua kenal dengan nama panggung 'Pamungkas'. Musisi yang juga penulis lagu serta produser rekaman ini memiliki latar belakang yang menarik untuk diketahui. Mari simak profil dibawah ini untuk mengenal sosok pamungkas lebih dalam.
Pamungkas lahir di Jakarta pada 14 April 1993. Namun Pamungkas dilahirkan dengan proses operasi caesar, sedangkan ibunda dari Pamungkas sudah melakukan caesar sekitar 2 tahun yang lalu. Yang mana hal tersebut menyalahi aturan medis dimana operasi caesar harusnya memiliki jeda setidaknya 5 tahun. Dari hal tersebut akibatnya ada sesuatu yang harus dikobarkan.Â
Dalam kasus Pamungkas, ia dilahirkan dengan usus pendek yang membuatnya harus dicangkok. Ia sempat menerima asupan makan melalui selang infus yang mana menyebabkan terlalu banyak tekanan pada tubuh, hingga akhirnya telinganya mengalami gangguan. Yang kanan setengah tuli dan telinga kiri tuli total.
Orang tua dan kedua kakaknya merahasiakan kondisi tersebut dari Pam, sapaan karib Pamungkas itu. Ibunya yang seorang psikolog meminta Pam les instrumen drum pada usia 8 tahun. Dengan harapan kondisi telinga Pam dapat kembali pulih karena suara instrumen yang sangat kencang.
Pam mengikuti les drum kurang lebih hanya selama satu tahun karena proses belajar yang terasa lama baginya. Ia kemudian menjajal memainkan piano dan gitar secara otodidak. Sebenarnya, les gitar sempat ia lakoni meski hanya bertahan satu bulan.
"Gue baru tahu soal ini umur 18 tahun pada 2011. Waktu itu main di Ambon Jazz, setelah setengah jam turun dari pesawat dengung di telinga sebelah kiri enggak hilang. Dokter bilang ada sesuatu yang menyumbat telinga pecah karena tekanan udara," ujar Pam.
Pam melanjutkan, "Baru tahu kalau ternyata ada konspirasi dari hidup gua selama ini. Sejak Ambon Jazz itu telinga gue normal sampai hari ini. Tapi justru ada masalah bagi gue, karena jadi terlalu sensitif. Sedianya telinga tuli tiba-tiba bisa dengar segalanya."
Seingat Pam, ia tidak pernah menjumpai masalah dalam memainkan alat musik sejak kecil, kala masih setengah tuli. Termasuk saat ia belajar menjadi produser bersama Hari Budiman yang pernah memproduseri band Element. Kala itu ia terjun langsung di studio rekaman.
Di studio, ujar Pam, semuanya ia mulai dari bawah. Mulai dari membuatkan kopi, membeli rokok, menggulung kabel serta menjadi operator untuk rekaman. Lalu naik dengan mengisi gitar pada rekaman, kemudian menjadi co produser dan akhirnya menjadi produser.
"Selama itu gua enggak tahu kalau tuli. Waktu kecil musik jadi cita-cita, mau manggung di mana. Dewasa sedikit pengin rekaman, bikin album dan bikin lagu yang bagus. Sampai akhirnya musik menjadi sebuah media," kata Pamungkas.
Pam sangatlah lekat dengan musik. Sampai akhirnya pada usia 10 tahun, yaitu ketika ia kelas 4 SD ia berkata pada ayahnya bahwa ia tak ingin sekolah. Ia hanya ingin bermain musik. Ayahnya yang memiliki label musik bernama Oxygen Entertainment mengajak Pam untuk ikut tur sejumlah band. Pam juga pernah menjadi kru grup musik tangga.
Ia juga sempat tergabung sebagai gitaris serta penyanyi latar pada sebuah band bernamakan Potenzio. Band tersebut berisikan dua kakak serta satu sepupu Pam, hanya satu orang yang bukan anggota keluarga. Potenzio merilis album perdananya bertajuk 'Jingga' di tahun 2009
"Gue bolos sekolah, ikut tur. Diajarin kalau mau jadi musisi harus jadi kru dulu, harus tahu dunia dulu supaya saat jadi talent enggak seenaknya sama orang." ujar Pam
Usai lulus SD, Pam melanjutkan pendidikan di SMP 200 Jakarta. Lalu sembari sekolah, Pam tampil secara reguler di kafe yang bernama La Piazza. Dalam satu bulan Pam bisa mendapat 1,6 sampai 2 juta rupiah.
Merasa bisa mendapat uang, ia jadi makin tak tertarik pada pendidikan. Hal tersebut sampai membuat perang besar terjadi dalam keluarganya. Pam tak ingin melanjutkan pendidikannya ke SMA. Sementara keluarganya bersikeras bahwa pendidikan itu penting.
Akhirnya ia mengambil jalan pintas dengan melakukan homeschooling. Pam mengaku bahwa ia tak suka dengan sistem belajar dimana ia harus menunggu semua murid mengerti suatu materi. Padahal Pam dapat dengan mudah untuk mengerti materi tersebut.
"Akhirnya gua kasih nomor telepon, gajian dari manggung dan jadwal manggung. Homeschooling selesai dalam kurun waktu satu tahun 8 bulanan. Biaya homeschooling gua bayar sendiri dari gaji manggung," ujarnya.
Seusai itu Pam melanjutkan permintaan untuk tidak kuliah selama 4 tahun. Tapi sebagai gantinya Pam meminta uang untuk dibelikan mobil untuk menjadi modalnya, supaya dia bisa pergi ke mana-mana. Pam menuturkan bahwa ia tak mempermasalahkan tempat tinggal, selama ia dapat belajar mendalami musik.
Sampai akhirnya Pam memutuskan untuk kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual, di Universitas Paramadina pada tahun 2014. Walaupun sebenarnya Pamungkas diterima di Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Pelita Harapan pada jurusan musik.
Ia memutuskan untuk mulai bersolo karier pada 2014 karena personel Potenzio yang lain tidak ingin tampil di depan media. Padahal sampai kini, band pengiring Pam masih beranggotakan personel Potenzio. Bisa dikatakan perjalanan solo karier Pam berjalan pelan tapi pasti. Karena sejak 2012 ia sudah menulis beberapa lagu, seperti I Love But I'm Letting Go, We'll Carry On, serta Bambina. Kemudian pada 2014, Bottle Me Your Tears menjadi salah satu karyanya.
"Memang udah banyak stok lagu. Ada beberapa yang bahasa Indonesia, tapi bagi gue pribadi menulis lirik bahasa Indonesia lebih sulit karena bahasanya lebih kaya dan satu kata banyak arti. Menulis tidak mudah, apalagi menyanyikan," kata Pam.
Pada Januari 2018 Pam sangat terfokus mengerjakan Album perdananya, 'Walk The Talk'. Setelah mengurung diri selama tiga bulan di dalam kamar, album tersebut akhirnya rampung, kemudian dirilis pada bulan April 2018.
Sebanyak 16 lagu yang termasuk dalam album Walk The Talk ditulis menggunakan bahasa Inggris. Bila dicermati baik-baik, lirik dari lagu Pam sangatlah dalam, ia mengaku bahwa ia banyak mendapatkan inspirasi menulis lirik dari musisi terkenal seperti The Beatles, Bob Dylan, Chet Baker dan Float. Berkat itu, lagu I Love You But I'm Letting Go, One Only dan Sorry berhasil terkenal dan menjadi hit.
Album Walk The Talk diproduseri oleh Pamungkas sendiri. Awalnya ia ingin membuat album bergenre pop, kemudian pada akhirnya Pam beralih ke genre  elektronik pop. Unsur elektronik sangat kental dalam album tersebut, beberapa vokal Pam juga terdengar dipoles dengan efek.
"Sebagai musisi gua ingin membuat musik yang listenable. Mudah untuk bikin yang susah didengar, tapi tidak mudah untuk bikin yang listenable, menurut gua itu tantangan tersulit sebagai musisi," kata Pam.
Hingga kini, Karier Pamungkas sebagai solois pada kancah musik Indonesia telah membuahkan 4 album di antaranya yaitu Walk The Talk pada 2018, kemudian diikuti album kedua berjudul Flying Solo pada 2019 juga meledak dan melambungkan nama Pamungkas di industri musik tanah air. Lalu di tahun 2020 kembali merilis album yang tak kalah keren yaitu Solipsism. Dan pada 2021 Pamungkas meluncurkan satu album dengan lagu yang sudah ada di album sebelumnya, namun diberi aransemen baru yang disatukan ke dalam album Solipsism 0.2.
Demikian profil serta latar belakang Pamungkas, solois multitalenta yang  memiliki sisi lain yang menarik untuk diketahui.
Di antara semua lagu karya Pamungkas, lagu apa yang menjadi favorit kamu? silahkan sebutkan di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H