Mohon tunggu...
Nina
Nina Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Satu Anak

Ibu satu anak yang senang berpetualang keliling kota dan menulis cerita di andrewandme.blogspot.com. Join our dates at IG @DateWithDudu / #DateWithDudu. Sherlockian. ELF. My heart draws a dream.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Milik Secangkir Kopi Hitam

21 Agustus 2016   06:57 Diperbarui: 21 Agustus 2016   08:11 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Satu.”

“Jangan bilang cowok.”

“Iyalah cowok. Mau aku kenalin? Anggap saja blind date.”

“Emang kamu udah kenal?”

“Belom sih, baru ya tadi di chatting itu saja.”

Yak, Parasailing atau blind date. Kopi Bali hari itu membawa satu rasa yang baru, yang segar sama seperti angin yang bertiup di Pulau Dewata. Bisa membuat yang meminumnya batal kerja. Uap panas yang mulai hilang menyadarkan Anjani bahwa dia harus segera mengusir Mel dan teman kencan butanya ke meja lain atau pekerjaannya tidak selesai. Itupun tidak membantunya berkonsentrasi karena mereka terlihat begitu seru, begitu menikmati obrolan yang terjadi bersama kopi blended yang manis dan tertutup warna putih whipped cream. Yaelah, si cowok kencan buta juga pesan minuman yang sama.

Gara-gara penelitian yang dibaca Mel, Anjani jadi kepikiran. Yah, memang dia bukan orang yang pintar cari teman apalagi pacar. Mel sering meledeknya bahwa jadi perempuan itu harus manis, bukan garang dengan segelas kopi hitam di tangan. Apalagi kopi macam Brazil dan Sumatra yang berat rasanya. “Cowok pasti berpikir kamu alpha female yang sulit didekati. Bayangkan ada cowok yang minum kopi instant, lalu ketemu kamu yang idealis dengan kopi tubruk. Dia pasti minder.” Begitulah ocehan Mel, yang awalnya terabaikan lalu lama kelamaan melekat juga di otaknya.

Salah satu laki-laki yang berani mendekatinya adalah Yudhis, teman kuliah yang berlanjut jadi sahabat. Lalu bersambung lagi jadi pacar. Lalu Yudhis hilang, melanjutkan studi di luar negeri. Dan Anjani baru menyadari bahwa dirinya hamil. Di tengah dilemanya, Anjani memutuskan untuk tidak memberitahu Yudhis sampai tiba-tiba yang bersangkutan pulang ke Indonesia membawa ijasah dan tunangan yang terlihat sempurna. Yudhis tahu, karena semua orang di lingkungan pertemanan mereka membicarakan Edward. Tapi Anjani tidak pernah bilang langsung dan tidak pernah menghubungi Yudhis juga.

Edward pun tidak sering bertanya. Hanya sekali dua kali keheranan kenapa keluarganya tidak lengkap. Namun jawaban Anjani bahwa si Papa sedang belajar ke luar negeri sudah cukup baginya, lalu menyuruh Anjani untuk cari Papa baru. Tapi banyak laki-laki yang ternyata takut dengan black coffee.

Akhir pekan berikutnya, Anjani kembali bersama Edward, nongkrong di coffee shop kesayangan. Kopi hari itu Gayo. Pahit, meskipun tidak asam. Aromanya juga kuat. Tidak sulit bagi Anjani untuk segera jatuh cinta pada Kopi Gayo, karena memang dirinya bukan pencinta kopi asam. Gelas kopi di hadapannya mengepulkan asap. Anjani menunggu.

Seorang laki-laki memasuki coffee shop itu dan menatap papan di belakang barista. Aceh Gayo. Begitu bunyi torehan kapur berwarna biru muda di atas papan tulis hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun