Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ma'ruf Amin, Orang yang Dibenci Pendukung Ahok

9 Agustus 2018   21:43 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:35 2921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilihan Jokowi untuk mendampinginya sebagai cawapres adalah Ma'ruf Amin. Keputusan ini sangat mengejutkan setidaknya bagi pendukung Ahok. Semua orang tidak akan pernah lupa bahwa Ma'ruf inilah si pembuat fatwa yang mengatakan Ahok adalah penista agama. Ahok adalah sahabat sejati Jokowi, lalu kenapa Jokowi memilih Ma'ruf?

Politik memang tidak mudah. Permainannya penuh strategi seperti permainan catur sebagai simbol peperangan. Kalau semuanya terserah Jokowi maka dia akan memilih Ahok sebagai cawapresnya. Seandainya tidak pun, saya rasa dia akan lebih senang memilih Sri Mulyani atau Susi Pudjiastuti. Tapi toh Jokowi tetap memilih Ma'ruf yang secara tersamar sebetulnya adalah musuhnya. Kenapa demikian?

Persoalannya sangat rumit. Secara umum, presiden kita ini sudah benar-benar pusing kepala dengan strategi kasar PKS dengan movement #2019GantiPresiden. Pakde juga sangat terganggu dengan demo berjilid-jilid dari pasukan bersorban. 

Itu sebabnya, Pak De punya dua agenda supaya pemerintahannya tenteram, 1. Melibas PKS 2. Membungkam PA 212 yang selalu membawa-bawa agama dan menyerang dirinya sebagai anti islam.

Pakde memang sudah berusaha memecah-belah lawannya dengan mengundang sebagian Petinggi Persaudaraan Alumni 212, FPI dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama. Pertemuan itu berlangsung hari Minggu, Tanggal 22 April 2018, di istana Bogor namun hasilnya belum maksimal. Riziek Shihab memang telah disingkirkan ke tanah Arab tapi dia masih tetap berkoar-koar dari jauh. 

Bahkan kubu oposisi secara berkala masih mengunjungi Riziek untuk diajak berunding. Itu sebabnya Jokowi butuh wapres yang mendampinginya nanti adalah orang yang (dianggap) relijius, disegani oleh PKS dan PA 212, dia juga harus berasal dari ormas islam terbesar.

Setelah menghitung-hitung dengan cermat ternyata tokoh yang paling tepat justru berada di kubu musuh. Dialah Ma'ruf Amin. Rasanya tidak ada pilihan yang lebih baik. Ma'ruf adalah Ketua MUI, dia juga mantan politisi degan pengalaman panjang, dia juga warga Nahdiyin, dia juga alumni 212, dia adalah tokoh agama yang tentunya sulit dilabeli anti islam. Semua yang dibutuhkan ada pada Ma'ruf. Ma'ruf si pembuat fatwa pada gubernur Jakarta. Ma'ruf yang telah menjebloskan sahabatnya ke penjara dengan gelar penista agama.

Namun politik adalah politik! Suka tidak suka, strategi ini harus dijalankan. Mulailah Jokowi melakukan pendekatan pada Kyai ini, Perlahan tapi pasti Ma'ruf masuk ke dalam perangkap. Mereka berdua nampak sangat akrab. Berbagai kunjungan ke pesantren dan berbagai acara keagamaan dilakukan oleh mereka. 

Di berbagai kesempatan bahkan Jokowi berjalan sambil menggenggam tangan Ma'ruf. Dalam beberapa event, beberapa kali Ma'ruf mengeluarkan pernyataan yang membela Sang Presiden. Semua tindakan kyai ini diperhatikan dengan seksama oleh Jokowi sebagai bahan review calon alternatif cawapres.

Gambar diperoleh dari WAG
Gambar diperoleh dari WAG
PA 212 tentu saja kaget melihat perubahan tersebut. Eggy Sudjana, politisi PAN bahkan sangat murka dan dengan keras minta pengurus MUI untuk memecat KH Ma'ruf Amin sebagai Ketum MUI. Tapi begitulah Pakde. Dia tidak pernah membalas hinaan lawannya bahkan dia merangkul dengan senyumnya yang lembut, Kemudian Taraaaa...! Musuhnya kocar-kacir dan ribut antar sesamanya. Dan peran Ma'ruf Amin sangat besar untuk menetralisir tudingan lawan tentang dirinya yang disebut anti islam.

Jokowi akhirnya bulat tekadnya untuk memilih Ma'ruf sebagai cawapres. Tapi bagaimana reaksi pendukung Ahok? Mereka pasti menolak keras pilihan itu. Dengan otaknya yang licin, Jokowi kembali menyusun skenario. 

Dengan diam-diam dia menggiring opini bahwa dia telah memilih Mahfud MD sebagai cawapresnya. Romy ketua umum Partai Persatuan Pembangunan bertugas memberi hint bahwa tokoh yang dipilih Jokowi berinisial 'M'. Seperti sebuah sinetron, Muhaimin Iskandar pun berlagak keseleo lidah ketika ditanya wartawan yang telah menunggunya di Plataran Menteng.

"PKB tetap mendukung Jokowi. Bagaimana pun Pak Mahfud MD adalah saudara kita," Begitu jawab Muhaimin.

Nama Mahfud sebagai cawapres pun semakin diyakini ketika wartawan menemukan Mahfud berada di sebuah restoran tidak jauh dari Plataran Menteng tempat deklarasi diselenggarakan. Apalagi saat itu Mahfud mengenakan baju putih ala Jokowi. Semiotikanya sangat jelas dan benar-benar mengelabui semua orang. Buat banyak orang, Mahfud MD adalah pilihan yang paling tepat. Akibatnya berbagai meme pasangan Jokowi -- Mahfud langsung beredar dengan berbagai macam pose. Semua orang puas dengan pilihan ini.

Sayangnya ketika pengumuman dibacakan. Jokowi memilih Ma'ruf. Dan beragam reaksi datang dari berbagai pihak. Para pendukung Ahok tentu saja sangat kecewa, banyak yang langsung mengumumkan bahwa dirinya akan golput. Pakde telah melukai hati mereka. Ada juga yang setuju. Ada yang tidak peduli siapa, yang penting Jokowi bisa dua periode itu sudah cukup.

Yang paling kasihan tentu saja Mahfud MD. Belum hilang dari ingatan kita bagaimana Mahfud MD digadang-gadang oleh PKB untuk jadi calon presiden pada pilpres 2014 yang lalu. Mahfud saat itu terlihat sangat bernapsu dan dia memasang billboard dengan foto dirinya di mana-mana. Entah berapa uang yang telah dihabiskannya. Lalu hasilnya? PKB melepehkannya begitu saja. 

Tahun ini Mahfud terlhat lebih bijak. Dia sering berkata pada wartawan bahwa dia tidak ingin jadi presiden tapi mau jika ada yang menawarkan dirinya. Dia menggarisbawahi bahwa kata 'Ingin' dan 'Mau' itu berbeda sekali.

Entah siapa yang punya ide tapi ada seseorang yang meminta Mahfud MD untuk bersiap dicalonkan saat deklarasi nanti. Itu sebabnya wartawan menemukan dirinya berada tidak jauh dari Plataran dengan seragam baju putih yang baru saja dijahit supaya cocok dengan baju putih yang biasa dipakai Pakde..

Mahfud sempat dikontak pihak Istana lagi pagi harinya untuk menyerahkan CV untuk menjadi cawapres Jokowi. Jelang Jokowi deklarasi, Mahfud kembali dikontak Istana, diminta bersiap di sekitar Plataran Menteng. Dia standy di resto Tesate yang letaknya tidak jauh dari sana. Lalu apa yang terjadi? Sebuah ending yang menyedihkan.Untuk kedua kalinya Mahfud dicampakkan dan kali ini lebih mengiris hati karena dia dikalahkan oleh Ma'ruf Amin di saat injury time.

Apakah Mahfud memang cuma dijadikan figuran sebagai pengalihan issue bahwa Jokowi memang memilh dia? Atau memang karena perubahan politik berlangsung dari detik ke detik tanpa bisa dipastikan? Apapun itu saya cuma bisa bersimpati pada Pak Mahfud. Buat saya dia orang baik.

Yang sabar ya Pak Mahfud. Gusti Allah pasti punya rencana yang lebih baik untuk Bapak. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun