"Jika kita setiap hari mendoakan orang, maka kita akan terhubung dengan orang tersebut. Mungkin kamu sulit untuk percaya tapi ketika dua orang sudah terhubung erat, maka jarak, waktu dan tempat sama sekali tidak memainkan peran lagi."
Ucapan Papa bukan main dalamnya. Ada faktor spiritual yang memang agak sulit diterangkan. Tapi kalimatnya barusan telah membuat saya tersadar, mungkin itu sebabnya Papa tiba-tiba menjemput di bandara. Itulah alasan kenapa dia berubah menjadi mesra. Ya, itulah jawaban yang saya cari-cari selama ini: Karena saya selalu mendoakannya setiap hari.
"Kalau Romo Loogman?" Saya lanjut bertanya seperti perempuan cemburuan yang sedang menyelidiki siapa saja teman-teman pacarnya.
"Romo Loogman itu seorang pendeta dari Belanda tapi sudah lama tinggal di Purworejo. Selain sebagai pendeta, dia juga seorang penyembuh alternatif. Dia mengembangkan metode Radiesthesi yaitu cara untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik dengan bantuan alat detektor, antara lain pendulum dan batang kayu."
"Terus bagaimana Papa bisa kenal dia?"
"Dulu kepala Papa sering pusing. Kalau pusingnya sudah kambuh akibatnya parah sekali. Dokter nggak berhasil menemukan penyebabnya. Akhirnya Papa coba berobat ke dia."
"Tau dari mana kok bisa-bisanya sampai berobat ke Purworejo?"
"Waktu itu Papa lagi di Yogya. Seorang teman bercerita tentang pendeta itu. Nah, mumpung lagi di Jawa Tengah, sekalian aja Papa datang ke sana."
"Papa sakit apa, menurut Romo itu?" tanya saya seperti nenek-nenek cerewet yang selalu ingin tau apa yang dilakukan cucunya.
"Kata Romo Loogman, di dalam tanah persis di bawah tempat tidur Papa, ada aliran air yang tidak beraturan sehingga membentuk enerji medan magnet negatif yang mengganggu sistem tubuh Papa. Lalu Romo memberi dua batang magnet yang harus di tanam di bawah tempat tidur untuk menetralisir enerji yang mengganggu tadi."
"Manjur magnetnya?"