Implementasi Revolusi Mental di era New Normal
Sudah hampir 6 bulan kita merasakan hidup berbeda dari yang sebelumnya. Sejak virus Covid-19 menghantui hampir seluruh negara tak terkecuali Indonesia mau tidak mau masyarakat mengubah pola hidupnya, yang tadinya masyarakat jarang menggunakan masker ketika berada di luar ruangan, jarang mencuci tangan, dan saling berinteraksi tanpa adanya jarak.
Sekarang mau tidak mau masyarakat mengubah semuanya itu. Namun, sejak diberlakukannya new normal oleh pemerintah malah masyarakat seakan lepas kontrol, petugas yang ada dilapangan seperti stasiun, halte busway, dan sumber tempat yang membuat sebuah antrian hal ini di perparah oleh beberapa masyarakat yang berpergian tanpa masker menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil jauh lebih dari itu daerah tersebut telah dinyatakan zona merah yang artinya kasus peningkatan orang yang positif Covid-19 semakin banyak perharinya.
Menariknya masyarakat yang berada zona hijau hingga kuning terkesan masih menyepelekan Covid-19 ini, mereka berpikiran ketika daerah mereka masih belum banyak yang terkena atau terdeteksi positif Covid-19 mereka memiliki ruang gerak yang lebih dari masyarakat daerah lain. Padahal banyak orang yang terkena Covid-19 tapi ia tidak memilik gejala atau orang tanpa gejala (OTG). Justru yang harus dilakukan adalah meningkat kewaspadaan dan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Di sinilah menurut hemat penulis urgensi harus di lakukannya revolusi mental, tentu revolusi mental disini ialah mengubah perilaku yang keliru selama ini menjadi perilaku yang baru, lebih sehat, dan lebih mampu menghambat penularan virus. Terlebih memasuki era new normal kita bukan hanya dituntut untuk survive di masa-masa sekarang tetapi, bagaimana membawa bangsa ini kembali kuat dan kokoh di masa yang akan datang.
Dalam menghadapi masalah pandemi yaitu masalah bersama tentu antara pemerintah dan masyarakat harus kompak, beredarnya doktrin di media sosial bahwa Covid-19 adalah hanya akal-akalan kaum elite tentu harus segera di berantas oleh pemerintah, mengingat masyarakat Indonesia mudah sekali disusupi akan hal-hal seperti itu, selain itu pemerintah pula juga harus menggandeng relawan, tokoh masyarakat, pemuka agama dan gencar melakukan ajakan untuk bersikap awareness terhadap Covid-19, pembagian masker dan pemberian bantuan berupa bahan pangan harus lebih di maksimalkan pemerintah, pembukaan data secara trasparan pun harus dilakukan agar jumlah masyarakat tahu berapa jumlah sebenarnya masyarakat yang positif Covid-19 dan yang terakhir selalu bersyukur dan berdoa agar terhindar dari virus Covid-19 karena pengalaman spiritual juga salah satu bagian dari revolusi mental.
Penutup
Melihat belum optimalnya protokol kesehatan tentu menjadi cambuk bagi masyarakat dan pemerintah untuk membenahi dan bangkit dari masalah ini. Pemerintah yang tadinya hanya melakukan pendekatan structural kepada masyarakat sekarang harus di tuntut melakukan pendekatan kultural. Sekaligus ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan menciptakan Peraturan Prundang-undangan atau policy yang adil tanpa ada unsur sarat akan kepentingan.
Â
Daftar Pustaka
 Worldmeters, Corona Virus Update Live, di akses dari https://www.worldometers.info/coronavirus/? (Pada Rabu, 26 Agusutus, 2020).