Mohon tunggu...
KABAR YALIWIMPUK
KABAR YALIWIMPUK Mohon Tunggu... Penulis - Jerni Melihat Dunia .Menata Masa Kini Untuk Masa Depan

ORANG BOLEH PANDAI SETINGGI LANGIT, TAPI SELAMA IA TIDAK MENULIS, IA AKAN HILANG DI DALAM MASYARAKAT DAN DARI SEJARAH MENULIS ADALAH BEKERJA UNTUK KEABADIAN (Pramoedya Anantha Toer)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Goresan Sebuah Puisi Ingin Dipeluk Ayah di Natal 2019

26 Desember 2019   21:14 Diperbarui: 26 Desember 2019   21:27 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


#Goresan sebuah Puisi ingin dibeluk_Ayah_di_Natalan_2019 .

Holandia 18 Desember 2019.


Di bulan natal hanya kumengirimkan selamat natal ayah bunda opa dan oma.
Dibalik gunung . ()

Sebenarnya, aku ingin kembali, Ayah
Pulang ke teduh matamu..

Aku ingin pulang.....
Aku ingin kembali.....

Tapi jalanan yang jauh, ,,,cita-cita yang panjang tak mengizinkanku ..

Mereka selalu mengetuk daun pintu
 saat aku tertidur.

Menggaruk-nggaruk bantal
 saat aku bermimpi.

Aku ingin kembali ke rumah, Ayah
Tapi jarak membentangku.

Seekor kuda sembrani datang,
menculikku dari alam mimpi

Membawaku terbang melintasi ,
waktu dan dimensi, kata dan tulisan.

Aku menyebut pulang,
 tapi ia selalu menolak..

Aku menyebut rumah,
tapi ia bilang Akan ada waktu

Aku sebut kampung halaman,
 ia bilang kampung halaman
tak akan perna pudar.

Maka aku menungganginya.
Menyusuri hamparan angin sebuah kota holandia adalah sebua saksi bisu.

Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya.

Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah holandia

Arwah-arwah pekerja bergentayangan
 menuju ibu kota..

Mencipta banjir genangan air mata.

Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata,
mata mereka menyeret banjir.

Kota yang tua telah lelah menggigil,
 sudah lupa bagaimana bermimpi dan
bangun pagi..

Hujan ingin bercerai dengan banjir .

Tapi kota yang pikun membuatnya bagai
cinta sejati  manusia.

Aku tak bisa pulang lagi, Aya,
kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya.

Orang-orang datang ke kamarku sepanjang malam, satu per satu, seperti katamu.

Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya.

Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia.

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya

Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak.
Dan batasnya adalah ufuk

Begitu jarak ditempuh, sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga abadi.

Di depan sana ufuk yang itu juga abadi.

Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukkan dan menggenggamnya
dengan tangan, jarak dan ufuk abadi itu...

Renungan: puisi ini Menjelajah berbagai Kerinduan pada kampung halaman dan orang tuanya ternyata tidak lebih kuat dari keinginannya menjelajah jarak dan ufuk yang tidak pernah ada habisnya.

#Ia hanya berusaha melukis kota tua tanpa kuas, abadikan angin senja di pojok  kota holandia....


#buah_Karya _yoaua_amazia_sama .
 #Cover_rintik_show_holandia_ 18_December _2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun