Aku menyebut rumah,
tapi ia bilang Akan ada waktu
Aku sebut kampung halaman,
 ia bilang kampung halaman
tak akan perna pudar.
Maka aku menungganginya.
Menyusuri hamparan angin sebuah kota holandia adalah sebua saksi bisu.
Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya.
Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah holandia
Arwah-arwah pekerja bergentayangan
 menuju ibu kota..
Mencipta banjir genangan air mata.
Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata,
mata mereka menyeret banjir.
Kota yang tua telah lelah menggigil,
 sudah lupa bagaimana bermimpi dan
bangun pagi..
Hujan ingin bercerai dengan banjir .
Tapi kota yang pikun membuatnya bagai
cinta sejati  manusia.