Mohon tunggu...
Yohanis Stephen
Yohanis Stephen Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Anyone who has never made a mistake has never tried anything new - Albert Einstein

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia

28 Oktober 2015   21:21 Diperbarui: 28 Oktober 2015   21:33 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Satu-satunya yang membuat Indonesia adalah kita adalah bahasa Indonesia. Itu sebabnya dia disebut juga bahasa persatuan."][/caption]

 

Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia

Saya sering bertemu dengan orang yang di tengah pembicaraannya, tiba-tiba berkata: ‘... itu.. apa ya istilahnya dalam bahasa Indonesia?’ Kemudian orang tersebut dengan lancar mengatakannya dalam bahasa daerah.

Sekarang malah saya yang kebingungan. Tadi apa artinya, Om?

Akhirnya pembicaraan selesai cuma pada masalah mencari istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia.

 

Keadaan Bahasa Indonesia

Saya kadang merenung, Indonesia itu siapa? Kata iklan, Indonesia bukan Jawa, bukan Dayak, bukan ini, bukan itu. Indonesia adalah kita.

Tetapi bagaimana Indonesia adalah kita kalau saya adalah orang asing bagi setiap orang dan setiap orang adalah orang asing bagi saya?

Satu-satunya yang membuat Indonesia adalah kita adalah bahasa Indonesia. Itu sebabnya dia disebut juga bahasa persatuan.

Jangan sampai Indonesia hanya nama untuk keperluan pemetaan saja, tetapi apabila diteropong melalui mikroskop yang bernama Sumpah Pemuda, Indonesia hanyalah mall tempat berdirinya stand-stand yang pemiliknya tidak saling kenal.

 

Kiat Menguasai Bahasa Indonesia

Berdasarkan hal itu, saya pun khawatir bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan sebenarnya maksudnya adalah persatuan dalam urusan yang resmi saja, seperti undang-undang, jurnalistik, penelitian, pidato (ini bahkan sering disusupi bahasa daerah!) catatan teknis, surat-menyurat, dan pengumuman.

Belajar berbahasa, termasuk berbahasa Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, perlu melewati empat tahap komunikasi yang secara singkat saya uraikan di bawah ini:

 

Menyimak

Ibarat bayi belajar berjalan, tahap pertama yang harus dilalui adalah merangkak. Dalam berbahasa, menyimak adalah langkah pertamanya. Menurut hasil penelitian Prof. James I. Brown dari University of Minnesota, menyimak menempati 45% ruang komunikasi dalam hidup manusia dibanding proses belajar berbahasa yang lain yaitu berbicara, membaca, dan menulis.

Apa yang perlu disimak? Banyak.

  • Petunjuk, keterangan, pengumuman,
  • Percakapan, diskusi,
  • Laporan,
  • Radio, televisi, telepon

Hal-hal atau situasi-situasi di atas, apabila memang kita benar-benar menyimak, akan memberi beberapa keuntungan:

  • Kita bisa mempelajari kosa kata baru,
  • Pengenalan kata-kata semakin meningkat,
  • Kita bisa membandingkan beberapa perbedaan pendapat,
  • Wawasan kita pun semakin luas,
  • Orang lain menaruh respek terhadap kita.

 

Berbicara

Berbicara menempati 30% ruang komunikasi dalam hidup manusia. Semakin sering seseorang itu menyimak maka semakin mampu ia meniru, dengan demikian semakin baik pula kemampuan berbicaranya. Itu sebabnya bahasa daerah lebih dianggap sebagai bahasa ibu dibanding bahasa Indonesia sendiri.

Untuk bisa berbicara dengan baik dalam bahasa Indonesia alangkah perlu kita melatih diri menyimak dan kemudian meniru melalui menerapkannya dalam pembicaraan sehari-hari.

 

Membaca

Dalam ruang komunikasi, membaca mendapat porsi sebesar 16%.

Saat ini banyak sekali media untuk kita berlatih membaca demi meningkatkan ketrampilan berbahasa Indonesia kita, seperti surat kabar, buku, bahkan gadget kita pun ada aplikasi untuk membaca.

Melalui membaca, kita mendapat beberapa keuntungan minimal sebagai berikut:

  • Mengenal bentuk huruf,
  • Mengenal unsur-unsur bahasa,
  • Mengetahui hubungan antara kata yang tertulis dan kata yang diucapkan,
  • Memahami tata bahasa,
  • Melatih diri memahami maksud dan tujuan penulis

 

Menulis

Menulis juga bagian dari ketrampilan berbahasa dan menempati 9% ruang komunikasi kita.

Melalui menulis, kita bisa menjelaskan jalan pikiran kita secara terurut. Menurut D’Angelo, menulis adalah berpikir dengan cara tertentu.

Bagaimana menulis bisa membantu kita memperdalam bahasa Indonesia? Sebab dalam menulis, misalnya artikel atau buku, kita mau tidak mau harus melewati tahap menentukan topik, menulis, mengedit, dan menerbitkan tulisan. Di tiap tahap itu kosa kata kita menjadi lebih banyak lagi, karena dalam proses mencari referensi kita sering menemukan tulisan yang intinya sama tetapi menggunakan kosa kata yang lain.

 

Sekian, semoga bermanfaat.

 

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun