Berdasarkan hal itu, saya pun khawatir bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan sebenarnya maksudnya adalah persatuan dalam urusan yang resmi saja, seperti undang-undang, jurnalistik, penelitian, pidato (ini bahkan sering disusupi bahasa daerah!) catatan teknis, surat-menyurat, dan pengumuman.
Belajar berbahasa, termasuk berbahasa Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, perlu melewati empat tahap komunikasi yang secara singkat saya uraikan di bawah ini:
Â
Menyimak
Ibarat bayi belajar berjalan, tahap pertama yang harus dilalui adalah merangkak. Dalam berbahasa, menyimak adalah langkah pertamanya. Menurut hasil penelitian Prof. James I. Brown dari University of Minnesota, menyimak menempati 45% ruang komunikasi dalam hidup manusia dibanding proses belajar berbahasa yang lain yaitu berbicara, membaca, dan menulis.
Apa yang perlu disimak? Banyak.
- Petunjuk, keterangan, pengumuman,
- Percakapan, diskusi,
- Laporan,
- Radio, televisi, telepon
Hal-hal atau situasi-situasi di atas, apabila memang kita benar-benar menyimak, akan memberi beberapa keuntungan:
- Kita bisa mempelajari kosa kata baru,
- Pengenalan kata-kata semakin meningkat,
- Kita bisa membandingkan beberapa perbedaan pendapat,
- Wawasan kita pun semakin luas,
- Orang lain menaruh respek terhadap kita.
Â
Berbicara
Berbicara menempati 30% ruang komunikasi dalam hidup manusia. Semakin sering seseorang itu menyimak maka semakin mampu ia meniru, dengan demikian semakin baik pula kemampuan berbicaranya. Itu sebabnya bahasa daerah lebih dianggap sebagai bahasa ibu dibanding bahasa Indonesia sendiri.
Untuk bisa berbicara dengan baik dalam bahasa Indonesia alangkah perlu kita melatih diri menyimak dan kemudian meniru melalui menerapkannya dalam pembicaraan sehari-hari.
Â
Membaca
Dalam ruang komunikasi, membaca mendapat porsi sebesar 16%.