Mohon tunggu...
Yohanis Stephen
Yohanis Stephen Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Anyone who has never made a mistake has never tried anything new - Albert Einstein

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cara Teruji Menemukan Ide Tulisan

1 Agustus 2015   20:49 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:45 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman Saya dalam Mencari Ide Tulisan

Pernah satu kali, saking tidak ada ide apa yang mau ditulis, saya menutup mata dan membayangkan semua yang saya alami di hari itu. Saya melihat, membaca, dan berbicara apa, semua saya ingat kembali. Saya pikir dengan cara begitu saya akan mendapatkan ide.

Tapi tidak ada ide.

Kemudian saya mencoba mencari ide di dalam buku. Semua buku – bukan semua sebenarnya – saya buka.

Saya buka buku karangan Ryonosuke Akutagawa yang berjudul Kappa. Di akhir buku itu dijelaskan bahwa si penulis, yang akhirnya bunuh diri tersebut, ternyata ber-ibu-kan seorang gila. Saya suka dengan cara Ryonosuke membuka ceritanya: “Ibuku orang gila...Ia biasa duduk sendirian di dalam rumah di Shiba. Rambutnya disanggul dengan menggunakan sisir dan menghisap rokok dengan pipa rokok yang panjang. Tubuhnya kurus, wajahnya yang kecil tampak muram dan tanpa semangat sama sekali.... Aku ingat pada suatu kesempatan ketika aku naik ke lantai atas bersama ibu angkatku menyalami ibu, tiba-tiba ia memukul kepalaku dengan pipa rokoknya. Namun, seperti biasa ia sangat tenang meskipun gila. Ketika aku atau kakakku mengganggunya, ia akan menggambar untuk kami di atas kertas... Namun, orang-orang yang ia gambar semuanya berwajah serigala...”

Tetapi sampai di situ saya tetap blank. Benar-benar blank. Saya lalu mencoba buku lain lagi, tapi tetap tulisan Ryonosuke Akutagawa. Kali ini saya buka di sembarang halaman dan saya menemukan paragraf yang bercerita seperti ini: “”Bunuh dia! Aku tak bisa kawin denganmu  selama dia masih hidup. Bunuh dia!”Pernahkah kata-kata penuh kebencian semacam itu keluar dari mulut manusia sebelumnya?...”

Saya kaget. Buku itu kecil saja. Saya beli tahun 2003, dan sampai sekarang masih kaget dengan cara Ryonosuke bercerita.  Benar-benar lihai.

Kemudian saya kembali menatap kertas saya. Masih kosong. Sudah lebih dua jam, dan ide tetap tidak kunjung datang. Saya harus bagaimana lagi.

Semedi sudah, cari di buku sudah. Wah bisa-bisa tidak nulis nih, pikir saya.

Bagaimana dengan Gunawan Muhammad? Masa tunggu ide dulu baru tulis artikel untuk Catatan Pinggir? Kan dikejar deadline tuh.

Atau desainer, masa tunggu ide dulu baru bisa kerja?

 

Ide itu Bukan Ditungguin, Tetapi Diciptakan

Saya dulu juga sependapat dengan orang yang mengatakan, cari ide itu susah. Dalam dunia desain, kalau langsung mendesain di komputer, pasti tidak akan ketemu desain yang cocok, sebab itu sering dianjurkan supaya desain dulu di kertas, itu pun memakai pensil.

Nah pada waktu membuat draft-nya, bukankah itu berarti proses menciptakan ide?

Kalau tunggu ide tidak mungkin Alvin Lee atau Joe Benitez bisa buat komik yang keren.

Jadi buatlah tangan Anda bergerak dulu, jangan pedulikan pikiran Anda. Asal kata pertama sudah Anda tulis, selanjutnya biarkan dia menari di atas kertas, tulis yang cepat, tulis yang banyak. Jangan pedulikan pegal di bahu Anda, tulis terus, rasakan kebebasan, luapkan, tumpahkan semua kata-kata Anda.

Ada seseorang pernah mengatakan bahwa menulis itu cuma menambahkan satu kata per satu kata. Tidak terasa membentuk kalimat. Lagipula, satu kalimat paling banter isinya cuma 35 kata. Apa susahnya?

Saya terus belajar, jangan kalah sama ide. Jangan biarkan ide membuat kita mencarinya. Dia sebetulnya tidak kemana-mana. Dia ada di ujung jari kita.

Sempat juga saya berhari-hari mencari ide di internet. Karena ada sesuatu di dalam saya yang mau bebas, akhirnya saya tidak tenang, penuh curiga, kasar terhadap orang lain. Saya tahu masalah utamanya adalah ide untuk menulis.

Sambil mencari bahan di internet, pikiran saya saling berperang. Di satu aspek, saya harus menulis yang keren, tetapi di aspek lain saya harus tetap menulis. Untungnya saya menang. Jangan peduli dengan pikiran, tulis saja terus. Petinju tidak sembarangan memukul, tetapi dia melatih dirinya memukul dengan benar dan tepat. Saya pun harus berlatih menulis. Suatu saat tulisan saya akan benar dan tepat.

Saya senang akhirnya bisa kembali ke pelajaran saya. Soal genre apa tulisan saya, itu soal nanti.

 

Tips Saya dalam Latihan Menulis

Jadi berdasarkan pengalaman saya, inilah yang sekarang sering saya praktekkan:

  • Atur waktu khusus untuk menulis,
  • Pakai penghitung waktu, minimal 30 menit per hari,
  • Jangan berhenti sebelum penghitung waktu berbunyi,
  • Disiplin pada waktu yang sudah ditetapkan,
  • Menulis di kertas, bukan di laptop, pc atau gadget,
  • Menulis secepat dan sebanyak mungkin,
  • Jangan pedulikan internet, atau email, atau sms.

Itulah pengalaman dan tips saya dalam menghadapi persoalan menulis, semoga bermanfaat, dan salam buat  tulisan Anda semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun