Mohon tunggu...
Yoss Prabu
Yoss Prabu Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang hobby menulis tapi tak pernah dipublikasikan. Aktivis teater, tapi jarang-jarang kumpul dengan insan teater. Agak aneh, memang. Ya, begitu. Biarkan saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerobak Dirampas

17 Desember 2024   12:29 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:29 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar

Kang Juhi, pedagang gorengan keliling. Tinggal seorang diri, di sebuah kamar kontrakan, di pinggiran ibukota. Namun ia bisa berada di mana saja, dan bertemu dengan siapa saja. Karena ia hanya semacam simbol yang mewakili suatu kelompok masyarakat marjinal, yang alam bawah sadarnya terkadang mengejawantah ke berbagai dimensi kehidupan. Kang Juhi mengamati lalu batinnya mengkritisi berbagai aspek kehidupan yang sering kali menyimpang menurut penalaran akal sehat Kang Juhi. Apakah penalaran batinnya bisa dipertanggungjawabkan? Perlu diskusi lebih lanjut. Karena ia hanya penjual gorengan, yang tak menarik perhatian. Dibutuhkan tatkala tak ada pilihan.

Namanya juga dongeng.

*

 

Gerobak Kang Juhi Dirampas

Yoss Prabu

Pagi itu, Kang Juhi memulai hari seperti biasa. Dengan roda gerobaknya yang sudah berdecit, ia menyusuri gang sempit menuju tempat biasa, sebuah trotoar kecil di depan pasar tradisional, tempat pembeli sudah hafal akan gorengannya yang murah dan renyah. Namun hari itu, nasib berkata lain.

Baru saja ia menata tempe dan bakwan yang sudah matang di loyang gerobaknya, seorang pria berseragam dengan lencana kecil di dada datang menghampirinya. "Pak, ini area terlarang untuk berdagang. Gerobak Bapak harus kami angkut."

Kang Juhi tertegun. "Tapi, Pak, saya sudah di sini bertahun-tahun. Warga juga nggak pernah protes," jawabnya dengan suara pelan.

Pria berseragam itu tidak peduli. Dengan isyarat tangan, sebuah truk datang mendekat. Dua orang lain turun, langsung menuju gerobaknya. Kang Juhi mencoba berdiri di depan gerobak, melindungi sumber kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun