Peristiwa itu terjadi begitu cepat. Sehingga pada waktu Mas Bram dan anak-anak keluar untuk pergi shalat tarawih, masyarakat sudah membubarkan diri untuk segera berbuka di rumah masing-masing.
      Astri akhirnya menyadari, mengapa ia merasa ada sesuatu yang membuatnya gelisah dan tak nyaman sejak turun dari mobil tadi sore. Saat itu ia agak kerepotan membawa beberapa makan yang dibelinya untuk persiapan berbuka, dan ia tak menyadari bahwa tasnya hilang. Dan kedua pencuri itu memanfaatkan kelengahan Astri.
      Malam itu, Astri dan Mas Bram segera pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan, sekaligus menunjukkan bukti rekaman CCTV tentang pencurian itu. Usai membuat laporan, mereka pergi mengunjungi Pak Gino di rumah sakit.
      Astri tak mampu membendung air matanya tatkala melihat kondisi Pak Gino, sang pemulung yang masih dalam kondisi tak sadar. Seorang wanita berusia paruh baya, berada di dekat Pak Gino. Astri segera memeluknya, dan mengucapkan terima kasih. Ia tahu Ibu itu adalah istri Pak Gino. Haru biru memenuhi ruangan di mana Pak Gino di rawat.
       Pak Gino dan Mbok Seni memang tak mempunyai anak, mereka hanya hidup berdua  di sebuah rumah bedeng yang tak layak huni. Untuk makan sehari-hari, mereka mencari uang dengan cara memulung barang-barang bekas di sampah untuk dijual ke pengepul.
      Beberapa bulan berlalu, Pak Gino yang sudah sehat kembali, kini dipercaya Mas Bram untuk membantunya merawat halaman dan menjaga rumah mereka. Dan Mbok Seni, istri Pak Gino membantu Astri sebagai asisten rumah tangga mendampingi Mbok Yah, asisten rumah tangga lamanya. Namun Astri dan Mas Bram sudah menganggap mereka sebagai bagian dari keluarga sendiri.  Rumah mereka pun makin semarak dengan kehadiran Pak Gino dan Mbok Seni. Alhamdulillah.
~ Yfs ~
Ambarawa, 21 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H