"Astaghfirullahaladziim, Ya Allah, ampunilah hambamu ini ...," Astri nelangsa di dalam kamarnya.
      Setelah sekitar 10 menit menenangkan diri, Astri teringat bahwa ia harus mengecek CCTV yang kameranya menyorot bagian luar pagar rumahnya, siapa tahu ia bisa menemukan jawaban di sana. Tangannya bergetar saat menghidupkan layar monitor. Ia tak tahu apakah ia akan mendapatkan jawaban atau tidak. Beberapa detik kemudian, Astri membeku seketika! Di layar monitor Astri meyaksikan, ada 2 orang pengendara bermotor berhenti tepat di belakang mobilnya. Lalu salah satu dari mereka turun dan membuka pintu bagian penumpang dan mengambil tasnya saat ia sedang membuka pintu pagar rumahnya.
      "Astaghfirullahaladzim ... !!!" pekiknya keras.
      "Ya Allah, tasku mereka ambil ...," wajahnya terasa panas, air matanya mengalir tak tertahankan.
      "Oh, bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?" Astri kembali panik. Ia memutuskan untuk menunggu Mas Bram pulang dari tarawih dan kemudian bermaksud melapor ke kantor polisi. Satu jam berlalu, Mas Bram dan anak-anak belum juga pulang. Astri makin gelisah. Tetiba ia mendengar suara bel pintu berbunyi. Kalau Mas Bram dan anak-anak tak mungkin mereka membunyikan bel pintu. Atau mereka sedang iseng? Ia takut jika pencuri itu kembali lagi dan bermaksud lebih jahat lagi.
      Akhirnya, Astri memberanikan diri pergi ke depan untuk membuka pintu pagar rumahnya. Dan Astri terkesiap! Dilihatnya ada dua orang polisi berdiri tepat di hadapannya. Astri  gugup, ia berdiri mematung tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.
      "Selamat malam Ibu, maaf kami dari kepolisian, mohon ijin mengganggu waktu istirahat Ibu sebentar," ucap salah satu polisi itu sopan.
      "Oh, iya, mari-mari masuk Pak," Astri mempersilakan mereka masuk dan duduk di ruang tamu. Ia belum berpikir bahwa kedatangan ke dua polisi itu berkaitan dengan tasnya yang hilang. Tak berapa lama, Mas Bram dan anak-anak pun datang dari shalat tarawihnya. Suaminya pun tak kalah kaget dengan kedatangan ke dua polisi itu ke rumahnya.
      "Sekarang, Pak Gino sudah di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan Pak, Bu, ada dua luka yang cukup besar akibat sabetan senjata tajam yang di arahkan oleh pencuri itu. Berkat Pak Gino-lah kami bisa mengamankan tas Ibu, Alhamdulillah semua masih utuh, dua orang pencuri itu juga sudah kami amankan." Polisi itu menjelaskan runtutan kejadian yang tak terduga sore tadi.Â
       Mendengar penjelasan polisi itu, Astri dan Mas Bram lega tak terkira. Tapi kondisi Pak Gino, pemulung yang tadi sore dilihat Astri mengorek-orek bak sampahnya cukup serius.Â
       Ketika Astri menutup pintu pagar rumahnya kembali, ia memang sempat mendengar ada suara gaduh di luar pagar, tapi ia tak menyangka bahwa tasnya dicuri saat itu. Astri buru-buru masuk ke dalam rumah, karena  berpikir bahwa ia harus segera menyiapkan menu buka untuk puasa keluarganya. Pak Gino-lah yang memergoki mereka dan mencoba mengahalangi kedua pencuri itu melarikan diri. Akibatnya dua sabetan senjata tajam mendarat ke tubuh rentanya. Pak Gino terkapar bersimbah darah. Masyarakat yang mengetahui hal itu, segera membantu dan berhasil menangkap kedua pencuri itu.