Sejenak Astri merasa ada sesuatu yang mengganggu perasaannya, tapi entah, ia susah untuk mengingatnya.
      "Ahh, nantilah, lebih baik aku segera mandi dan menyiapkan buka puasa untuk anak-anak dan Mas Bram," pikirnya sambil berjalan masuk.
      Sudah beberapa hari mereka makan dengan menu berbahan utama telur. Dan hari ini Mas Bram sangat bersemangat sekali menyantap rujak cingurnya lengkap dengan kerupuk dan es teler. Anak-anak pun suka dengan gado-gadonya.
      "Alhamdulillah, terima kasih rujak cingurnya Mah, benar-benar luar biasa," kata Mas Bram puas. Lebaran tahun lalu,  mereka habiskan di kota tempat kelahiran Mas Bram. Dan tahun ini Inshaallah mereka liburan ke Negeri Belanda sesuai planning.
      Sampai selesai shalat magrib pun, Astri masih seperti merasakan sesuatu, tapi entah apa! Ia belum juga menemukannya.  Masalah pekerjaan sudah ia bereskan semuanya, jadi ia bisa tenang berlibur nantinya.
      "Hemm ... apa ya, kok perasaanku jadi gak enak ya Pah?" kata Astri kepada suaminya.
      "Mungkin karena Mamah kecapekan, hari ini Mamah shalat tarawih di rumah saja, biar aku sama anak-anak ke masjid," ucap suaminya. Astri mengangguk tanda setuju. Ia memang merasa capek dan butuh istirahat. Ia bermaksud untuk tidur barang beberapa menit, lalu baru shalat isya dan tarawih di rumah.
      Setelah anak-anak dan Mas Bram berangkat ke masjid, Astri segera membaringkan tubuhnya ke ranjang. Matanya terpejam, tapi pikirannya serasa melanglang buana ke negeri antah berantah. Tak berapa lama, ia ingin menghubungi Mbak Nanda untuk menanyakan persiapan  merayakan Idul Fitri di rumah Ibu mereka. Asri bangkit dari  ranjangnya, lalu berjalan  mencari  gawainya.  Tak ada! Di meja rias, di meja kerja, di ranjang, pun tak ada. Memang setelah keluar kantor ia tak lagi memegang gawainya. Astri gugup.
      "Oh, di tasku, di mana tasku!" Astri semakin gugup. " Oh, masih di mobil!" spontan Astri berlari keluar rumah menuju ke garasinya. Tangannya meraih hendel pintu dan membukanya.
      "Apa aku lupa mengunci mobil ya?" gumam Astri ketika menyadari bahwa pintu mobilnya tidak dalam keadaan terkunci. Ternyata di mobil pun ia tak menemukan tasnya! Astri mulai panik. Semua barang pentingnya masih ada di dalam tas itu. Dan kini tasnya hilang! Ia ingat uang yang ada di dompetnya tidak terlalu banyak, mungkin hanya beberapa ratus ribu saja. Tapi surat-surat penting, kartu-kartu ATM, dan kartu penting lainnya yang ia perlukan untuk terbang liburan ke Belanda-lah  yang ia pikirkan. Mas Bram masih di masjid dan pasti dia tak akan membawa gawainya. Astri masih berpikir keras mengenai keberadaan tasnya.
      "Kalau tertinggal di warung rujak cingur, sepertinya tidak mungkin, karena aku masih memegang tasku saat membayar rujak cingur waktu itu, lalu di mana ...," gumam Astri lirih, wajahnya makin menampakkan kekalutannya. Lalu ia kembali masuk ke dalam rumah, sambil berusaha menenangkan dirinya.