Sesuai janji ibu, mereka mampir ke pasar. Mereka berhenti  di toko bahan roti yang terletak di pinggir jalan. Ibu membeli beberapa macam bahan roti. Tepung terigu, telur, mentega, gula halus, tepung maizena dan beberapa bahan pelengkap lainnya. Mereka juga membeli beberapa buah nanas. Melihat ibu membeli buah nanas, Syifa tahu apa yang akan dibuat oleh ibunya.
      "Ibu, Ibu akan membuat nastar ya? Hmm ... aku sukaaaa sekali nastar buatan Ibu, nanti aku bantu ya Bu," ucap Syifa sambil tersenyum ceria. Syifa masih ingat, lebaran tahun lalu ketika usinya baru 4,5  tahun, ibu juga membuat kue yang memakai nanas sebagai salah satu bahannya. Syifa memang anak yang cerdas, ia mampu mengingat setahun lalu saat ibu juga membuat kue nastar. Selain disiapkan untuk keluaraga, ibu Syifa juga menerima pesanan kue kering. Kue buatan ibu Syifa cukup dikenal dikalangan kampung tempat mereka tinggal.Ibu guru Syifa juga biasa memesan kue kering buatan ibu Syifa.
      Sesampai di rumah, terdengar suara adzan dhuhur berkumandang.  Seperti biasa Syifa yang sudah belajar  mandiri melepas sepatu, meletakkan tasnya di meja belajar dan mengganti bajunya sendiri. Jelang 10 hari terakhir, Alhamdulillah puasa Syifa sudah sampai asyar. Ayah dan Ibu Syifa tidak pernah memaksa Syifa untuk puasa. Semua karena Syifa bertekad untuk menjadi anak yang baik. Pondasi agama yang sudah ditanamkan sejak dini, melalui pembiasaan sehari-hari, telah membentuk Syifa menjadi anak yang sholihah meski usianya baru 5,5 tahun.
      Usai meletakkan semua barang belanjaan di meja dapur, Syifa dan ibu melaksanakan shalat dhuhur bersama. Kemudian, ibu mulai menyiapkan semua bahan dan peralatan membuat kue kering. Syifa antusias mengamati semuanya dengan baik. Matanya menyapu semua bahan dan peralatan di meja. Ia berusaha mengingat-ingat apa saja yang diperlukan ketika membuat kue kering.
      Ibu mulai dengan mengupas buah nanas untuk dijadikan bahan isi kue nastar.
      "Setelah dikupas terus apa Bu?" tanya Syifa ingin tahu.
      "Buah nanasnya harus dicuci dulu dengan garam dan air supaya tidak gatal di lidah, sayang," jawab Ibu. " kemudian diparut, ditambahkan gula pasir dan dimasak sampai kental," lanjut ibu.
      "Hmm .... baunya wangi sekali ...," saat selai nanasnya hampir matang.
Ibu melanjutkan dengan membuat kue nastar untuk 3 resep sekaligus. Syifa masih semngat untuk membantu. Ia tak mau kalah membuat kue nastar yang diisi selai nanas dan meletakkannya di atas loyang panggangan yang sebelumnya sudah diolesi dengan margarin dan taburan tepung supaya tidak lengket saat matang.
      "Mashaallah .... harum sekali bau kue nastarnya Bu, waah, aku jadi ingin mencicipi," kata Syifa sambil tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Ia tak mau gigi ompongnya terlihat.
      Beberapa loyang sudah dikeluarkan ibu dari alat pemanggang dan mendiamkannya beberapa saat agar dingin dan siap dimasukkan ke dalam toples-toples mungil. Pesanan kue lebaran tahun ini, cukup lumayan. Dengan perlahan Syifa membantu memasukkan kue-kue itu ke dalam stoples yang sudah disiapkan ibu.