Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nyaris Gagal Sahur

28 Maret 2023   20:18 Diperbarui: 30 Maret 2023   20:47 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Koleksi Pribadi

              Gemericik suara air hujan masih  terdengar, ditingkahi suara sang katak bersahut-sahutan meramaikan suasana malam. Sesekali kilatan petir menyambar diikuti gemuruh di langit. Malam kian larut, heningnya menyusup kalbu. Suara detik jam dinding seperti membuat Astri harus berpacu dengan waktu. Udara terasa makin dingin. Diambilnya sebuah Hoodie yang masih tergantung di kapstok.

            “Brrr...dingin sekali malam ini,” gumam Astri sambil memakai Hoddie nya.

             Di ranjang,  Mas Bram tampak tidur dengan pulas. Sudah 2 hari dia pulang terlambat dari kantornya. Motor kesayangan yang biasanya mengantarnya pulang-pergi bekerja masih di bengkel, hingga Mas Bram harus berangkat lebih awal untuk mengejar Bis Trans Jateng yang sudah 2 hari ini pula menemaninya.

             Astri kembali menyalakan laptopnya. Pikirannya belum bisa kembali fokus ke layar monitor. Sekilas ia teringat kultum yang diberikan oleh Ustad Anwar yang berisi tentang beberapa amalan sunnah Bulan Ramadan. Astri mencoba kembali mengingat-ingat, bibirnya komat-kamit setengah berbisik menirukan kata-kata Sang Ustadz dalam kultumnya.

“Memperbanyak sedekah, ibadah malam (Qiyamul Lail), membaca Al Qur’an, mendirikan shalat tarawih, i’tikaf di masjid, mengakhirkan sahur, menyegerakan puasa, hmm ... apalagi ya tadi?” 

 Otaknya tetiba serasa buntu, penuh dan tak bisa mengingat lagi apa yang disampaikan Ustad Anwar. Pikirannya masih penuh dengan berkas-berkas yang harus segera diselesaikannya. Malam ini ia terpaksa menunda  membaca Al Qur’an.

             “Ramadan masih 23 hari lagi. Besok malam akan kulanjut 2 Juz sekalian ahh.”  gumamnya lirih. Astri ingat betul ia sudah hampir menyelesaikan Surat Al An’am. Kesibukannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang mempunyai seorang balita ditambah pekerjaannya di sebuah Perusahaan Garmen diakuinya membuat keteteran menyelesaikan tadarusnya. Tidak seperti waktu ia masih single dulu. Ia selalu bisa mengejar target tadarusnya selama Bulan Ramadan, meski terhalang saat menstruasi.

             Sebetulnya badan dan pikirannya sudah terasa penat. Tapi ia masih mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan laporannya. Besok semua berkas sudah harus berada di meja, untuk segera ditandatangani Pak Jaya, Kepala Bagian Produksi.

            Ia memutuskan untuk pergi ke dapur, sekalian mampir ke kamar putranya. Langkahnya agak berjingkat, takut Mas Bram terbangun. Kasian, hari ini dia berbuka di jalan karena bis yang ditumpanginya harus berhenti lumayan lama di sebuah halte. Menunggu karyawan budhalan pabrik.

           Ia segera membuat segelas teh madu hangat. Saat berjalan kembali, ia melihat pintu kamar putranya sedikit terbuka. Astri sedikit melebarkan pintunya. “Alhamdulillah, Rafassya pulas sekali boboknya,”  ucapnya lirih. Ia kembali menutup rapat pintunya perlahan, meneruskan langkah kakinya menuju ke kamar dan duduk di kursi kerjanya. Sengaja Astri menaruh sebuah meja kerja di kamarnya agar ia sewaktu-waktu dapat mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Astri memang seorang karyawati yang disegani oleh teman-teman di kantornya. Hasil pekerjaannya selalu on time.

            Matanya kembali fokus ke layar monitor setelah menyeruput teh madu hangatnya. Tangannya terampil menyentuh tuts keyboard laptopnya. Sesekali dibukanya file berisi kertas-kertas laporan  yang tergeletak di sebelah pigura foto keluarga kecilmya. Di kejauhan Astri mendengar sayup-sayup suara lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an dari masjid dekat rumahnya.

            “Alhamdulillah, suara lantunan ayat suci Al Qur’an bisa menemaniku malam ini.” ucapnya dalam hati.

Dilihat jam digital yang ada di mejanya sudah menunjukkan pukul 01.20 wib. Matanya sudah terasa perih dan berat. Berkali-kali ia tak bisa menahan kantuknya.

            “Alhamdulillah, akhirnya selesai juga.” ucapnya lega. 

             Astri segera mematikan laptop dan membereskan file-filenya. Ia segera beranjak pergi ke ranjang. Tubuhnya ia hempaskan perlahan dekat suaminya. Mas Bram sedikit menggeliat dan  kembali lelap teridur.  Sejenak kemudian Astri sudah larut dalam mimpinya.  

            Waktu terus berlalu, mulai terdengar suara anak-anak remaja memainkan musik dengan peralatan seadanya di kejauhan, membangunkan warga untuk bersiap sahur. 

           "Sahuuur .... sahuuuur .... " suara teriakan khas para remaja membangunkan sahur sambil terus memukul alat musiknya. 

             Astri masih meringkuk dalam selimutnya. Riuh suara musik yang lewat tepat di depan rumahnyapun tak berhasil membangunkannya. Tampaknya ia benar-benar lelah. Sampai sebuah tangan menyentuh lembut pundaknya.

            “Sayang,  bangun, sudah hampir imsak hlo. Lihat sudah jam berapa ini?” suara lembut Mas Bram akhirnya membangunkannya dari tidur lelapnya.

             “Innalillahi wa inailaihi rojiun.... jam berapa ini, Mas?” Astri setengah berteriak karena kaget.

             “Ya, Allah...” kata Astri sambil meloncat bangun dari ranjangnya.

Jam menunjukkan pukul 04.16  wib. Tiba-tiba terdengar suara  dari masjid, pertanda sudah masuk waktu imsak.

             “Sabar Mah, tenang ... masih ada sekitar 7 menit lagi sebelum adzan subuh berkumandang. Buatkan teh hangat aja Mah, dan kita kan masih punya  kurma, cukup untuk kita makan sahur.” Kata Mas Bram menenangkan istrinya.

              Mereka berdua segera berjalan menuju ke dapur. Tak lama kemudian 2 buah gelas teh manis hangat sudah siap ada di meja makan dan untuk dinikmati. Tak lupa mereka menyantap 3 buah kurma sesuai anjuran Nabi.

           “Maafkan aku ya Mas, aku terlalu lelap tidur hingga kita nyaris tidak makan sahur,” ucap Astri sambil memegang tangan suaminya mengharap suaminya memaafkannya.

           “Tak mengapa sayang, bukankah Rosul mengajarkan kita untuk mengakhirkan sahur?” kata suaminya lembut. 

           “Anas bin Malik meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Suatu hari kami pernah sahur bersama Rosulullah Saw, kemudian beliau bangun untuk menunaikan shalat (subuh).” Lalu aku bertanya, “ Berapa jarak antara sahur dan adzan?” Beliau menjawab, “Sebanyak lima puluh ayat,” (HR. Bukhari Muslim),” lanjut suaminya.

 Astri tersenyum menatap suaminya, sebenarnya ia tahu, Mas Bram tak ingin membuatnya malu karena terlambat bangun.

           “Terima kasih, atas pengertiannya Mas,” ucap Astri sambil mencium pipi suaminya.

Allahhu Akbar Allaahhu Akbar ..... Adzan subuh sudah berkumandang. Astri dan suaminya beranjak menuju  kran tempat wudhu dekat mushola kecil di rumah mereka. Sebuah shalat subuh  berjamaah dengan Mas Bram yang sangat berkesan dan tak terlupakan dalam hidup Astri.

~ Yfs ~

Ambarawa Asri, 28 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun