Matanya kembali fokus ke layar monitor setelah menyeruput teh madu hangatnya. Tangannya terampil menyentuh tuts keyboard laptopnya. Sesekali dibukanya file berisi kertas-kertas laporan yang tergeletak di sebelah pigura foto keluarga kecilmya. Di kejauhan Astri mendengar sayup-sayup suara lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an dari masjid dekat rumahnya.
“Alhamdulillah, suara lantunan ayat suci Al Qur’an bisa menemaniku malam ini.” ucapnya dalam hati.
Dilihat jam digital yang ada di mejanya sudah menunjukkan pukul 01.20 wib. Matanya sudah terasa perih dan berat. Berkali-kali ia tak bisa menahan kantuknya.
“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga.” ucapnya lega.
Astri segera mematikan laptop dan membereskan file-filenya. Ia segera beranjak pergi ke ranjang. Tubuhnya ia hempaskan perlahan dekat suaminya. Mas Bram sedikit menggeliat dan kembali lelap teridur. Sejenak kemudian Astri sudah larut dalam mimpinya.
Waktu terus berlalu, mulai terdengar suara anak-anak remaja memainkan musik dengan peralatan seadanya di kejauhan, membangunkan warga untuk bersiap sahur.
"Sahuuur .... sahuuuur .... " suara teriakan khas para remaja membangunkan sahur sambil terus memukul alat musiknya.
Astri masih meringkuk dalam selimutnya. Riuh suara musik yang lewat tepat di depan rumahnyapun tak berhasil membangunkannya. Tampaknya ia benar-benar lelah. Sampai sebuah tangan menyentuh lembut pundaknya.
“Sayang, bangun, sudah hampir imsak hlo. Lihat sudah jam berapa ini?” suara lembut Mas Bram akhirnya membangunkannya dari tidur lelapnya.
“Innalillahi wa inailaihi rojiun.... jam berapa ini, Mas?” Astri setengah berteriak karena kaget.
“Ya, Allah...” kata Astri sambil meloncat bangun dari ranjangnya.