Mohon tunggu...
Yoseph Mario Nepa
Yoseph Mario Nepa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandira Kupang

Sementara menjalani masa pendidkan S1 di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandira Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengatasi Masalah Politik Identitas dalam Proses Berdemokrasi di Indonesia

12 Juni 2023   21:16 Diperbarui: 12 Juni 2023   21:42 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Charles Taylor mengatakan bahwa sebuah pemahaman akan diri, tentang kreakteristik fundamental yang mendefinisikan kemanusiaan seorang individu. Ketiadaan pengakuan menghalagi individu untuk merealisasikan diri sebagai manusia. Konsep politik identitas Taylor sanangatlah relevan dengan politik di Indonesia. Di mana politik identitas hadir sebagai salah satu upanya memperjuangkan kepentingan bersama. Dengan adanya identitas seseorang dihargai dan di pandang secara baik serta dapat untuk diakui. 

Politik identitas hadir untuk menyadarkan para politikus serta warga negara akan adanya pegakuan terhadap golongan minoritas yang di mana kelompok minoritas ini merupakan salah satu dari kaum mayoritas yang mana keduanya memiliki kewarganegaraan yang sama yaitu negara Indonesia. Kehadiran politik identitas membatu kelompok minoritas untuk diakui oleh kelompok mayoritas artinya bahwa kedua kelompok ini tidak memiliki perbedaan, semuanya memiliki kesamaan dalam hidup bernegara. 

Oleh sebab itu, dalam pertarungan politik khususnya dalam pemilihan umum yang harus dilakukan seorang pemilih ialah memilih orang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan untuk yang di pilih menjadi pemimpin haruslah memiliki jiwa persatuan yang tinggi seperti mengakui kelompok minoritas sebagai kelompok yang sama derajatnya dengan kelompok mayoritas. Tindakan seperti ini merupakan tindakan yang menghargai identitas seseorang sebagai masyarakat yang memilii kesamaan dalam hal kewarganegaraan. Hal ini dapat mencegah suatu pebedaan diatara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas.

Sikap saling mengakui dan menghargai kualitas orang lain dapat memicu lahirnya politik yang bersi dan jau dari berbagai macam kebencian. Dengan mengakui kualitas dari pribadi yang lain, seorang actor politik yang baik dapat membangun daya juang dalam dirinya untuk menampilkan kualitas dirinya sebagai pemimpin yang mau bertarung secara sehat dengan actor politik yang lain. Begitujuga dengan rakyat, di mana rakyat harus pintar dalam memilih pemimpin yang baik, serta pemimpin yang dapat memimpin dan menyejaterahkan negara dan masyarakatnya. 

Maka dari pada itu, di pemilu 2024 ini setiap warga negara harus bisa menanamkan kejujuran dan kebebasan dalam memilih pemimpin yang baik, benar dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dengan begitu, bangsa kita akan menjadi bangsa yang memiliki kontestasi politik yang bersih, sehat dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun