Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melindungi Anak dengan Menjaga Kewarasan Ibu

23 Juli 2023   18:49 Diperbarui: 23 Juli 2023   19:15 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari masih pagi ketika bidan Puskesmas di depan forum bertutur tentang kasus depresi berat yang menimpa seorang Ibu tiga anak di provinsi Jawa Tengah. Sebut saja Kasih, ibu tiga anak yang masing-masing berusia 5 tahun, 1 tahun dan 2 bulan. Anda tidak salah membaca. Anak kedua dan ketiganya memang lahir di tahun yang sama.

Kebobolan kata orang. Kasih sendiri tak menyangka Tuhan langsung menitipkan janin di rahimnya tepat setelah nifas anak kedua. Namun Kasih dan suaminya mensyukuri kehadiran anak ketiga penuh cita. Kasih memang lebih sibuk mengurus anak dan rumah. Wajar kata orang. Hampir semua ibu baru pasti sibuk. Hanya saja Kasih tak sadar, ia mengalami depresi sejak bayi ketiganya lahir.

Sampai suatu pagi, Kasih sampai di rumah bidan Puskesmas dengan mata sembab. Dadanya sesak.

"Bu Bidan, setiap melihat benda tajam ada suara-suara dalam pikiran saya untuk melukai diri." 

Air mata Kasih mengalir lama. Untuk pertama kalinya, ia bercerita pada orang lain tentang halusinasi yang dialaminya.

Hari itu saat bermaksud memasak di dapur, tanpa sadar Kasih sudah meletakkan pisau di pergelangan tangannya. Begitu sadar, Kasih melempar pisau seketika sambil beristighfar panjang. Ia titipkan anak kedua dan ketiganya pada kerabat lantas menuju ke rumah bidan mencari pertolongan.

Aduhai, betapa seringnya kita membaca berita ibu yang menyakiti bayinya paska bersalin. Sebagai perempuan, saya paham tidak mudah menjaga kewarasan sebagai ibu seorang diri. Ibu butuh support sistem positif dari keluarga terdekat. Bagaimana ibu bisa melindungi anaknya jika ia sendiri tak bisa menjaga dirinya?

Peradaban di Tangan Ibu, Diupayakan Ayah

Salah satu ungkapan populer tentang menjadi ibu adalah syair tentang peran ibu dalam membangun generasi. Ibu adalah sebuah madrasah, jika kamu menyiapkannya berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya. Kemuliaan seorang perempuan sebagai ibu dalam Islam berdampingan dengan tanggung jawabnya dalam mengasuh, mengasihi dan mengasah anak-anaknya.

Hal ini tentu saja terkait dengan peran suami dan ayah sebagai kepala rumah tangga. Upaya membangun peradaban keluarga pada level ini bukan lagi perkara bagaimana memilih istri sebagai calon ibunya anak-anak. Sudah lewat fase itu. Namun, bagaimana menumbuhkan potensi dan kebaikan istri. Salah satunya dengan memastikan istri aman dan waras menjalani perannya sebagai ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun