Kadang, perpisahan lebih baik bagi kebahagiaan jiwa. Sebab hidup, kita yang menjalani. Sepatu heels yang cantik, belum tentu cocok dikenakan kaki yang terbiasa mengenakan boots di ladang.
Ketika Jin Suk mengungkapkan keinginannya untuk berpisah dari suaminya, lelaki itu berang. Ia melempar sembarang benda di atas meja. Sang Shik menuduh istrinya mencampakkannya sebab persoalan uang.
Sang Shik sudah tua. Ia kini pekerja paruh waktu. Di waktu luang, ia lebih banyak  mendaki gunung dengan bekal kimchi dari istrinya daripada berdiam di rumah. Namun, lelaki itu telah bekerja keras sepanjang hidupnya. Semua untuk anak dan istrinya. Kini, seenaknya istrinya minta pisah? Ia tak terima.
Sang Shik tidak tahu, istrinya sudah memikirkan ide berpisah sejak lama. Berpuluh tahun lalu. Sejak Sang Shik hanya membawa separuh uang gajinya. Sejak ada suara perempuan lain di seberang telepon sana. Jin Suk menyimpan bom waktu dalam hatinya.
Ini sedikit cuplikan dari drama Korea My Unfamiliar Family yang saya tonton belum lama ini. Drakor ini tayang bulan Juni 2020 kemarin. Kisah cintanya tidak melulu menye-menye seperti drakor kebanyakan. Menarik untuk ditonton bersama keluarga. Bisa juga jadi aktivitas anniversary pernikahan kesekian. Meski saya tidak yakin, para suami betah menyaksikannya. Â
Ada beberapa pesan yang saya tangkap dari drama ini. Salah satunya, tentang perbedaan cara memberikan kode perpisahan antara pasangan dalam level pacaran dan pasangan dalam ikatan keluarga.
Pada kisah Eun Joo, anak kedua Sang Shik yang masih pacaran, sinyal putus lebih mudah ditandai. Eun Joo jarang bertemu pacarnya. Hubungan mereka tidak berkembang dan  memburuk setelah 9 tahun bersama. Mungkin ini yang dinamakan jagain jodoh orang.
Sementara pada pasangan yang sudah menikah, perpisahan jadi lebih rumit. Sinyal berpisah tidak disampaikan dengan tanda apalagi kode. Jin Suk sebagaimana istri kebanyakan, pandai menyimpan perasaan. Di sisi lain, Sang Shik, sebagaimana para suami umumnya, tidak peka dan memilih tidak bertanya.
Kalau anda tak percaya, coba perhatikan sikap istri di rumah. Mereka bisa tetap sempurna mengelola rumah. Ramah menyapa tetangga. Memasak untuk anak-anak dengan baik. Menjalankan kewajibannya sebagai istri secara paripurna. Menyembunyikan air mata di depan mertua dan orangtua. Padahal hatinya luka. Serupa menyimpan api dalam sekam. Siap membakar kapan saja.
Atau justru istri tipikal kedua yang ada di rumah anda? Mereka yang ekspresif menceritakan suasana hatinya saat senang maupun susah. Menyebutkan kesalahan suami dari a sampai z dengan detail. Padahal masalah awalnya sepele saja. Misal karena suami tak sepenuh hati mendengarkan curhatan istri.
Istri murung di pagi hari melepas suami kerja. Siangnya sudah ceria menyapa menanyakan menu makan siang. Malamnya kembali menuduh suami tidak peka. Alangkah pusingnya mengikuti mood swing istri macam ini. Tapi, mau bagaimana lagi kalau sudah cinta? Ha ha ha.
Mengucapkan perpisahan atau memutuskan hubungan bukan hal mudah dilakukan. Dari drakor ini, saya menemukan empat alasan kenapa seseorang memutuskan hubungan.
1. Tidak ada komunikasi yang efektif
Pada perjalanan berumah tangga, baik Sang Shik maupun Jin Suk menemukan beberapa keganjilan sikap dan peristiwa pada pasangannya. Alih-alih bertanya langsung atau berterus terang, keduanya memilih diam dan menyimpan prasangka versi masing-masing. Keduanya insecure untuk bertanya. Satu sebab kondisinya. Lainnya sebab masa lalunya.
Sang Shik memang bukan lelaki berpendidikan. Akalnya pendek dan mudah marah. Setiap peristiwa yang terjadi di dalam rumah, ia kerap menyalahkan dirinya. Ia tak cukup berani untuk bertanya. Ia memilih menghidupkan prasangka. Hidup dalam kemarahan.
2. Kehadiran orang lain
Tidak bisa tidak, kehadiran pihak ketiga menjadi salah satu sebab putusnya sebuah hubungan, fix no debat. Cukup Eun Joo yang mengalaminya, anda jangan.
Pacar Eun Joo memang bukan laki-laki jantan. Ia membiarkan hubungan mereka menggantung tanpa kepastian. Kabar putus diawali dari labrakan selingkuhan pacar Eun Joo. Ini jamannya, pelakor lebih berani daripada pacar sendiri.
3. Tidak ada alasan untuk bertahan
Jin Suk sendiri bukannya tidak mencintai Sang Shik. Ia menyimpan foto suaminya di salah satu buku favoritnya. Ia menyerahkan hidupnya  pada Sang Shik sejak sopir truk itu melamarnya terang-terangan di sebuah kafe. Foto mereka di hari itu masih dipajang di ruang keluarga. Menjadi salah satu kenangan indah bagi keduanya. Sayangnya, kenangan saja tidak cukup menghindari Jin Suk dari rencana berpisah.
Pada sebagian hubungan suami-istri, anak menjadi salah satu alasan terkuat untuk bertahan. Ketika mereka dewasa dan mentas, Jin Suk merasa sudah waktunya ia bebas. Membebaskan dirinya dari rutinitas rumah, suaminya yang kasar, dan permasalahan anak-anak mereka.
4. Orientasi seksual yang berbeda
Mengetahui fakta bahwa pasangan kita menyukai sesama jenis setelah bertahun-tahun menikah barangkali salah satu hal menyedihkan di drakor ini. Apalagi saat salah satunya sedang mengusahakan beragam cara program kehamilan yang tidak mudah. Eun Hee, anak pertama Sang Shik merasa ditipu luar dalam oleh suaminya.Â
Dengan beragam alasan putus yang berbeda, saya menemukan satu kesamaan di dalamnya. Â Tak peduli pihak mana yang bersalah, perempuan menjadi pihak yang mengutarakan perpisahan terlebih dulu di drakor ini. Kenapa coba?
Perpisahan kerap dikonotasikan dengan buruk. Tapi, apa yang mau diteruskan jika bukan kita (lagi) yang diinginkan pasangan? Berteman mungkin bukan ide yang bagus. Tapi drakor ini membuat hubungan pertemanan paska cinta jauh lebih mudah sekaligus dramatis.
Kadang, perpisahan lebih baik bagi kebahagiaan jiwa. Tak perlu repot berbagi cerita. Tidak semua orang harus tahu alasan berpisah, termasuk keluarga. Sebab hidup, kita yang menjalani. Sepatu heels yang cantik, belum tentu cocok dikenakan kaki yang terbiasa mengenakan boots di ladang.
Namun sebelum memutuskan berpisah, tak ada salahnya mengusahakan komunikasi yang lebih terbuka. Terus terang soal apa yang dirasa. Baik cinta maupun luka. Bukankah sebuah hubungan tidak melulu soal suka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H